03 Sep BIJI PLASTIK HIPS: Solusi Teknis Mengatasi Masalah Produksi Injection & Extrusion
Solusi Teknis Atasi Cacat Produksi Dalam Penggunaan Biji Plastik HIPS: Serat Putih, Warna Belang Pada Pabrik Plastik Injection, Extrution dan Thermoforming
High Impact Polystyrene (HIPS) adalah salah satu polimer termoplastik yang paling banyak digunakan di industri manufaktur plastik. Hampir semua pabrik injection molding, extrusion, maupun thermoforming pernah atau sedang menggunakan biji plastik HIPS untuk menghasilkan produk-produk kebutuhan sehari-hari.
Alasannya sederhana: biji plastik HIPS menawarkan kombinasi menarik antara harga ekonomis, kemudahan pemrosesan, dan sifat mekanis yang memadai untuk berbagai aplikasi.
Di Indonesia, biji plastik HIPS digunakan oleh pabrik-pabrik yang memproduksi:
* Mainan anak-anak (mobil-mobilan, lego, action figure).
* Peralatan rumah tangga (wadah, toples, hanger, rak plastik).
* Casing elektronik (TV, monitor, printer, kulkas, AC).
* Tray makanan, cup, dan sendok sekali pakai.
* Produk sheet untuk thermoforming.
Namun, di balik popularitasnya, biji plastik HIPS sering menimbulkan masalah teknis dalam produksi. Banyak pabrik melaporkan tingkat reject yang tinggi ketika menggunakan biji plastik HIPS, terutama bila mengandalkan bahan recycle atau tidak memahami karakteristik teknisnya. Masalah seperti serat putih (silver mark), bercak putih, warna belang, retak pada produk tebal, hingga permukaan kasar sering muncul, menimbulkan kerugian besar.
1. Kenapa Pabrik Memilih Biji Plastik HIPS?
* Harga Ekonomis – lebih murah dibanding ABS atau PC.
* Mudah Diproses – HIPS punya flow yang baik di mesin injection maupun extruder.
* Lebih Tough dari GPPS – meskipun tidak sekuat ABS, HIPS lebih tahan impact daripada polystyrene murni.
* Cocok untuk Warna – biji plastik HIPS warna resin virginnya adalah natural sehingga mudah diwarnai dengan masterbatch.
2. Problem Umum di Pabrik
* Injection Molding: serat putih / silver mark,, warping, warna tidak rata, retak.
* Extrusion: bercak putih, sheet rapuh, permukaan kasar, sheet tebal-tipis.
* Thermoforming: retak / cracking setelah forming, uneven thickness.
Bila tidak ditangani dengan benar, reject bisa mencapai 20–40% produksi harian, yang artinya kerugian bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
👉 Karena itu, artikel ini akan membahas secara teknis penyebab dan solusi untuk masalah produksi HIPS, berdasarkan pengalaman lapangan, data teknis, dan metode kerja terbaik.
3. Karakteristik Teknis Resin HIPS
a. Struktur dan Komposisi Resin HIPS
* HIPS adalah polystyrene (GPPS) yang dimodifikasi dengan menambahkan butadiene rubber.
* GPPS sendiri rapuh (brittle), mudah pecah saat terbentur.
* Dengan butadiene, HIPS menjadi lebih tahan impact.
* Proses pembuatannya: karet butadiene didispersikan ke dalam matriks polystyrene, membentuk “butiran karet mikro” yang menyerap energi benturan.
Sebagai ilustrasi sederhana:
* GPPS = kaca → jernih, keras, tapi gampang pecah.
* HIPS = kaca + karet → agak buram, tapi lebih tahan banting.
b. Parameter Teknis Penting Resin HIPS
Density: 1,04–1,06 g/cm³.
Melt Flow Index (MFI): 1,5–15 g/10 min.
* MI rendah (1,5–2,5) → cocok extrusion.
* MI sedang (3–5) → cocok injection.
* MI tinggi (10–15) → cocok thin-wall injection.
Impact Strength (Izod Notched): 2–10 kJ/m².
Heat Deflection Temp (HDT): ±90–100 °C.
Shrinkage: 0,4–0,7%.
Vicat Softening Point: 95–105 °C.
c. Perbedaan Grade Resin HIPS
Injection Grade
* MI: 3–5.
* Flow cukup baik untuk produk berdinding sedang.
* Aplikasi: mainan, casing, peralatan rumah tangga.
Extrusion Grade
* MI: 1,5–2,5.
* Viskositas tinggi, jadi lebih stabil untuk sheet.
* Aplikasi: tray makanan, sheet thermoforming.
High Flow Grade
* MI: 10–15.
* Cocok untuk produk tipis & kompleks.
* Aplikasi: packaging tipis, thin-wall product.
d. Perbandingan dengan Resin Lain
* HIPS vs ABS: ABS lebih kuat, tapi lebih mahal & susah diproses.
* HIPS vs GPPS: GPPS lebih bening, tapi rapuh; HIPS lebih tough tapi tidak transparan.
* HIPS vs K-Resin (SBC): K-Resin lebih transparan & elastis, tapi lebih mahal.
4. Masalah Pada Produksi Injection Molding
a. Silver Mark (Serat Putih)
☆ Definisi
Silver mark (serat putih) adalah garis-garis keabu-abuan/putih yang muncul pada permukaan produk injection dari HIPS. Masalah ini sering dianggap sepele, tetapi di pabrik besar bisa menyebabkan reject ribuan unit per hari karena kualitas visual produk tidak diterima oleh customer.
☆ Penyebab Teknis
Moisture (Kelembapan Resin):
* Resin HIPS yang disimpan di gudang terbuka menyerap kelembapan.
* Air akan menguap saat injection, membentuk garis putih.
Resin Recycle:
* Banyak pabrik menggunakan recycle HIPS untuk menekan biaya.
* Kandungan oil, filler, atau impurity menyebabkan flow tidak stabil → muncul silver mark (serat putih).
Setting Temperatur Barrel:
* Suhu terlalu rendah → resin tidak sepenuhnya meleleh → flow terpecah.
* Suhu terlalu tinggi → degradasi resin → keluarkan gas → silver streak.
Screw Aus atau Kontaminasi:
* Screw aus → pencampuran resin dan masterbatch tidak homogen.
* Kontaminasi material lain → aliran resin terganggu.
☆ Solusi Teknis
Drying Resin: keringkan resin HIPS 70–80 °C, 2–3 jam sebelum produksi.
Optimasi Setting Barrel:
* Zone 1 (feed): 180–190 °C.
* Zone 2 (compression): 200–220 °C.
* Zone 3 (metering): 220–230 °C.
* Nozzle: 220–240 °C.
Gunakan HIPS Virgin: Trinseo 470 atau INEOS 576H atau 576L lebih stabil dan minim silver mark.
Purging (Cuci Mesin) Secara Rutin: gunakan resin purging untuk bersihkan screw.
b. Warna Tidak Rata (Color Streak)
☆ Definisi:
Produk HIPS berwarna sering menunjukkan belang atau garis tidak rata. Hal ini membuat produk terlihat cacat meskipun secara mekanis tidak ada masalah.
☆ Penyebab Teknis:
Masterbatch Tidak Homogen
* Campuran masterbatch dengan resin HIPS kurang rata.
* Terjadi segregasi warna (warna tidak merata) di dalam barrel.
Screw Desain Umum (General Purpose)
* Screw standar kurang mampu mencampur masterbatch dengan homogen.
Back Pressure Rendah
* Tekanan rendah membuat material tidak tercampur sempurna.
☆ Solusi Teknis:
* Gunakan Screw dengan Mixing Head.
* Naikkan Back Pressure → 8–12 bar.
* Gunakan Masterbatch dengan Carrier Resin PS supaya kompatibilitas lebih baik.
* Gunakan Virgin HIPS → karena recycle sering mengandung filler yang mengganggu penyebaran warna.
c. Retak pada Produk Berdinding Tebal
☆ Definisi:
Produk berdinding tebal (misalnya casing TV, kulkas, mainan besar) sering mengalami retak setelah beberapa hari produksi. Retakan ini bisa berupa stress crack kecil atau retak besar.
☆ Penyebab Teknis:
Cooling Time Terlalu Singkat
* Bagian luar produk sudah keras, bagian dalam masih panas.
* Perbedaan tegangan termal menyebabkan crack / retak.
Orientasi Molekul Buruk
* Flow resin tidak seragam, menimbulkan internal stress.
Recycle Resin Dominan
* Resin daur ulang memiliki struktur molekul yang lemah → mudah retak.
☆ Solusi Teknis:
* Tambahkan Cooling Time 20–30% lebih lama.
* Gunakan Holding Pressure lebih tinggi untuk mengurangi void.
* Gunakan Virgin Resin → Trinseo 470 terbukti lebih tangguh.
* Campuran Recycle → batasi maksimum 20–30%.
d. Warping (Melengkung)
☆ Definisi:
Warping adalah deformasi bentuk produk setelah keluar dari mould. Produk terlihat melengkung, tidak rata, dan gagal memenuhi standar dimensi.
☆ Penyebab Teknis:
Cooling Tidak Merata
* Cooling channel pada mould tidak seimbang.
* Bagian satu sisi dingin lebih cepat → penyusutan tidak seragam.
Holding Pressure Tidak Cukup
* Resin menyusut berlebihan setelah ejection.
Desain Mould Buruk
* Gate / jalur masuk resin terlalu kecil atau posisi tidak seimbang.
☆ Solusi Teknis:
* Perbaiki Cooling Channel → pastikan sirkulasi merata.
* Naikkan Holding Time & Pressure.
* Gunakan Mold Steel dengan Konduktivitas Tinggi (misalnya beryllium copper insert).
* Gunakan resin HIPS Virgin dengan Shrinkage / pemyusutan yang Stabil.
👉 Jangan biarkan masalah teknis bikin produksi Anda berhenti total!
Dengan resin HIPS Virgin Trinseo 470 & INEOS 576H atau 576L dari PRIMA PLASTINDO, produksi Anda terbukti lebih stabil, reject berkurang hingga 40%, dan cycle time lebih konsisten.
Hubungi kami sekarang untuk konsultasi teknis gratis sebelum produksi Anda rugi lebih banyak!
📞 WhatsApp / Tel: +62 812 8664 0700
🌐 Website: www.primaplastindo.co.id
5. Masalah Produksi Extrusion & Thermoforming
a. Bercak Putih (White Spot)
* Bercak putih atau white spot adalah salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan pabrik sheet HIPS. Permukaan sheet yang seharusnya rata dan bersih justru dipenuhi titik-titik putih kecil yang terlihat seperti noda. Untuk produk tray makanan atau thermoforming cup, bercak ini tidak bisa ditoleransi karena akan dianggap cacat visual dan menyebabkan reject massal.
* Penyebab utamanya adalah kelembapan resin. Resin HIPS yang disimpan di gudang terbuka mudah menyerap uap air. Saat diproses di extruder pada suhu tinggi, uap air ini menguap dan terperangkap di dalam melt, lalu membentuk titik putih di permukaan sheet. Selain itu, kontaminasi material seperti debu, minyak, atau sisa resin lama dalam hopper juga bisa menjadi pemicu. Banyak pabrik yang menggunakan recycle resin dalam jumlah tinggi juga menghadapi masalah serupa, karena resin recycle sering mengandung impurity atau partikel asing yang menimbulkan noda.
* Solusi teknis yang harus dilakukan adalah drying resin secara konsisten pada suhu 70–80 °C selama 2–3 jam sebelum digunakan. Drying ini penting untuk menurunkan kadar kelembapan hingga di bawah 0,02%. Selain itu, operator harus memastikan screen pack filter diganti secara rutin. Jika mesh terlalu jarang, partikel kotoran akan lolos dan menempel pada sheet. Idealnya screen pack untuk extrusion HIPS menggunakan mesh 80–120. Selain itu, pemakaian resin HIPS virgin original dari Trinseo atau INEOS terbukti mampu menekan masalah white spot karena resin virgin jauh lebih bersih dan stabil dibanding recycle.
* Langkah tambahan yang sering dilupakan adalah maintenance hopper dan feeding system. Hopper loader yang jarang dibersihkan akan menumpuk debu dan sisa resin lama. Setiap kali hopper diisi ulang, debu ini ikut masuk ke extruder dan menghasilkan noda putih. Dengan kombinasi drying, filtrasi, resin virgin, dan maintenance yang konsisten, masalah bercak putih dapat ditekan hingga di bawah 2% dari total produksi.
b. Permukaan Kasar atau Tidak Glossy
* Permukaan sheet HIPS idealnya halus, rata, dan glossy. Namun, seringkali pabrik menghadapi masalah di mana sheet terlihat kusam, kasar, bahkan ada pola seperti kulit jeruk (orange peel). Kondisi ini sangat merugikan, terutama untuk aplikasi thermoforming packaging yang membutuhkan visual menarik.
* Penyebab teknis yang paling umum adalah suhu die yang tidak stabil. Bila die extruder terlalu dingin, resin tidak sepenuhnya meleleh dan mengalir dengan baik. Akibatnya, permukaan sheet menjadi kasar. Sebaliknya, jika suhu terlalu panas, resin bisa terdegradasi, menghasilkan permukaan yang kusam. Faktor lain adalah chill roll yang terlalu dingin. Pendinginan yang terlalu cepat membuat permukaan sheet membeku sebelum sempat merata, menghasilkan tekstur kasar.
* Selain itu, kondisi die lip yang kotor atau berkarat juga memengaruhi. Karat atau kerak pada die lip akan menempel pada permukaan sheet, meninggalkan pola kasar. Screw yang aus juga berperan karena menyebabkan pencampuran resin tidak homogen, sehingga melt flow terganggu.
* Solusinya adalah melakukan kontrol suhu yang konsisten. Suhu die harus dijaga di kisaran 220–240 °C, sedangkan suhu chill roll dijaga antara 70–80 °C, tidak boleh terlalu dingin. Operator harus secara rutin melakukan pembersihan die lip dengan metode polishing agar permukaan tetap halus. Tekanan pada chill roll juga harus cukup besar untuk meratakan sheet, umumnya 50–70 kg/cm². Jika screw sudah aus (clearance melebihi 0,2 mm), maka harus diganti agar aliran melt lebih homogen.
* Dengan langkah ini, sheet yang tadinya kasar akan berubah menjadi glossy dan memiliki daya tarik visual lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas dan mengurangi reject.
c. Sheet Mudah Retak
* Masalah lain yang sering muncul adalah sheet HIPS yang mudah retak atau pecah, terutama setelah melalui proses thermoforming. Pada tahap ini, sheet dipanaskan kembali dan dibentuk menjadi produk akhir seperti tray, cup, atau kemasan. Bila sheet rapuh, maka produk akan pecah saat forming atau bahkan setelah digunakan konsumen.
* Penyebab teknis utamanya adalah orientasi molekul yang buruk akibat aliran resin di extruder yang tidak seragam. Bila tekanan dan viskositas melt tidak stabil, maka struktur molekul sheet akan memiliki tegangan internal tinggi. Selain itu, pemakaian resin dengan MI terlalu tinggi juga memperburuk kondisi karena resin terlalu encer dan menghasilkan sheet yang rapuh.
* Masalah ini makin parah jika pabrik menggunakan recycle resin dalam jumlah besar. Resin daur ulang biasanya sudah kehilangan sebagian sifat mekanisnya sehingga toughness jauh menurun. Bila recycle dipakai lebih dari 30%, sheet hampir pasti rapuh.
* Solusi teknis untuk masalah ini adalah memilih HIPS extrusion grade dengan MI rendah (1,5–2,5). Resin dengan MI rendah lebih viscous dan menghasilkan sheet yang lebih tough. Jika perlu, pabrik bisa menambahkan impact modifier untuk meningkatkan kekuatan benturan. Selain itu, penggunaan recycle harus dibatasi maksimal 20%. Langkah penting lain adalah menambahkan annealing oven pada jalur extrusion. Sheet dipanaskan kembali di oven pada 80–90 °C sebelum digulung, sehingga tegangan internal berkurang dan sheet tidak mudah retak.
* Dengan kombinasi material virgin, kontrol MI, dan annealing, sheet HIPS bisa lebih tahan banting, dan reject karena retak bisa ditekan hingga di bawah 5%.
d. Sheet Tebal-Tipis (Thickness Variation)
* Ketebalan sheet HIPS yang tidak konsisten adalah masalah klasik pada pabrik extrusion. Sheet yang seharusnya rata sering kali memiliki sisi tebal dan tipis. Masalah ini akan merusak hasil thermoforming karena produk akhir memiliki distribusi ketebalan yang tidak merata.
* Penyebab teknis utamanya adalah die gap yang tidak stabil. Bila celah die tidak rata, maka aliran resin keluar tidak seimbang, menghasilkan sheet tebal-tipis. Selain itu, tekanan extruder yang fluktuatif juga berperan. Bila tekanan tidak stabil, aliran resin akan naik-turun dan menyebabkan variasi thickness. Faktor ketiga adalah gap chill roll yang tidak konsisten. Bila tekanan antara roll tidak rata, sheet akan keluar dengan variasi ketebalan.
* Solusinya dimulai dari penyetelan die bolt secara rutin. Operator harus melakukan penyesuaian die bolt dengan hati-hati untuk memastikan celah die merata. Bila memungkinkan, gunakan automatic die bolt adjustment untuk menjaga stabilitas. Tekanan extruder harus dijaga dengan automatic melt pump agar tidak fluktuatif. Gap chill roll harus diperiksa secara manual dengan feeler gauge untuk memastikan jarak antar roll seragam.
* Selain itu, penggunaan extruder screw khusus resin HIPS juga sangat membantu. Screw general purpose tidak optimal untuk resin HIPS karena rasio compression-nya tidak sesuai. Screw dengan desain khusus untuk resin HIPS extrusion mampu menjaga flow lebih stabil.
* Langkah terakhir adalah menerapkan QC online dengan memasang thickness gauge pada line extrusion. Alat ini memantau ketebalan sheet secara real-time sehingga operator bisa melakukan koreksi segera jika ada penyimpangan.
e. Masalah Thermoforming HIPS
* Thermoforming adalah tahap lanjut dari extrusion sheet HIPS. Pada tahap ini, sheet dipanaskan lalu dibentuk menggunakan vacuum atau tekanan. Masalah yang sering muncul adalah cracking / retak setelah forming, uneven thickness pada produk akhir, dan sticking pada mould.
* Cracking / retak setelah forming biasanya terjadi karena sheet terlalu rapuh atau distribusi ketebalan sheet tidak merata. Solusinya adalah menggunakan resin extrusion grade dengan toughness lebih tinggi, mengatur suhu forming 100–120 °C, dan melakukan pre-drying sheet.
* Uneven thickness / ketebalan produk tidak merata pada produk akhir disebabkan pemanasan sheet yang tidak merata atau desain mould yang buruk. Solusinya adalah menggunakan infrared heater dengan distribusi panas yang merata, serta memperbaiki mould agar memiliki vacuum hole yang tersebar seimbang.
* Sticking / menempel pada mould terjadi karena suhu mould terlalu panas atau kurangnya ventilasi. Solusinya adalah mengatur suhu mould 50–60 °C dan menambahkan coating release agent untuk mengurangi adhes
f. Metode Terbaik untuk Extrusion & Thermoforming
Berdasarkan pengalaman banyak pabrik, ada beberapa praktik terbaik yang harus dijalankan secara konsisten:
* Gunakan Resin Virgin Minimal 70% untuk menjamin kualitas sheet.
* Drying Resin Selalu Dilakukan sebelum extrusion untuk menghindari kelembapan.
* Screen Pack Diganti Secara Rutin agar impurity tidak menumpuk.
* Kontrol Suhu Secara Stabil di setiap zona barrel, die, dan chill roll.
* Lakukan Maintenance Screw, Die, dan Chill Roll agar tetap bersih dan berfungsi optimal.
* Tambahkan Annealing Oven untuk mengurangi tegangan internal pada sheet.
* Lakukan QC Online dengan thickness gauge / pengukur ketebalan dan inspeksi visual secara berkala.
👉 Produksi sheet & thermoforming dengan reject tinggi bikin biaya produksi bengkak?
Gunakan HIPS Virgin Extrusion Grade (Trinseo & INEOS) dari PRIMA PLASTINDO. Dengan kualitas konsisten, masalah white spot, sheet rapuh, dan permukaan kasar bisa ditekan hingga 60%.
📞 WhatsApp / Tel: +62 812 8664 0700
🌐 Website: www.primaplastindo.co.id
6. Studi Kasus Pabrik
a. Studi Kasus Pabrik Mainan Plastik
☆ Latar Belakang
* Sebuah pabrik mainan di Jawa Barat memproduksi produk injection berupa mainan edukasi dan action figure. Pabrik ini menggunakan resin HIPS karena harga lebih murah daripada ABS, serta mudah diproses di mesin injection yang mereka miliki.
* Namun, dalam periode 6 bulan, mereka mengalami reject hingga 35% dari total produksi. Masalah utama yang muncul adalah produk rapuh, terutama saat anak-anak menjatuhkan mainan. Produk pecah dengan mudah, padahal harusnya tahan benturan ringan.
☆ Analisa Masalah
* Material: Pabrik terlalu banyak menggunakan recycle resin (hampir 60%).
* Setting Mesin: Cooling time terlalu singkat (hanya 12 detik), padahal produk berdinding tebal.
* QC: Tidak ada uji impact strength rutin.
☆ Solusi Teknis
* Batasi recycle resin maksimal 20%.
* Tambah cooling time hingga 18–20 detik.
* Ganti material ke resin HIPS Virgin Trinseo 470, yang punya toughness lebih tinggi.
* Terapkan uji impact Izod secara rutin pada setiap batch produksi.
☆ Hasil
Dalam 2 bulan, reject turun drastis dari 35% menjadi hanya 8%. Produk mainan jadi lebih tahan banting, konsumen puas, dan pabrik bisa menekan kerugian hingga ratusan juta per bulan.
👉 Peran PRIMA PLASTINDO: supply resin HIPS Virgin Trinseo 470 dengan konsistensi kualitas yang membantu pabrik ini keluar dari masalah.
b. Studi Kasus Pabrik Tray Makanan
☆ Latar Belakang
Sebuah pabrik packaging makanan di Tangerang menggunakan sheet extrusion HIPS untuk membuat tray makanan sekali pakai. Mereka menghadapi masalah serius berupa silver streak dan white spot pada tray, sehingga produk tidak diterima oleh customer restoran cepat saji.
☆ Analisa Masalah
* Resin: Menggunakan campuran recycle 40% tanpa drying.
* Mesin: Screen pack jarang diganti (hanya 1 kali seminggu).
* Proses: Suhu die tidak stabil, fluktuasi antara 210–230 °C.
☆ Solusi Teknis
* Gunakan resin virgin minimal 70%.
* Lakukan drying resin 70–80 °C selama 3 jam.
* Ganti screen pack setiap 24 jam produksi.
* Stabilkan suhu die pada 225–235 °C.
☆ Hasil
Reject turun dari 40% menjadi hanya 5%. Tray makanan terlihat lebih glossy, bebas noda putih, dan disetujui oleh customer internasional.
👉 Peran PRIMA PLASTINDO: supply resin HIPS Virgin INEOS 576H, yang cocok untuk extrusion grade dan minim white spot.
c. Studi Kasus Pabrik Casing Elektronik
☆ Latar Belakang
Sebuah pabrik besar di Bekasi memproduksi casing TV dan monitor dengan HIPS. Produk harus memiliki tampilan visual yang halus dan warna seragam. Namun, mereka menghadapi masalah warna belang (color streak) dan warping pada produk berdimensi besar.
☆ Analisa Masalah
* Material: Menggunakan masterbatch dengan carrier resin PE, bukan PS.
* Mesin: Back pressure injection terlalu rendah (hanya 5 bar).
* Cooling: Channel pendingin mould tidak merata.
☆ Solusi Teknis
* Ganti masterbatch ke carrier resin PS agar kompatibel dengan HIPS.
* Naikkan back pressure menjadi 10–12 bar.
* Modifikasi mould → tambah cooling channel di area tebal.
* Gunakan resin HIPS Virgin Trinseo 470 untuk hasil warna lebih seragam.
☆ Hasil
Warna belang hilang, reject turun dari 25% menjadi 6%. Produk casing elektronik lebih presisi, permukaan halus, dan lulus QC dari principal brand internasional.
👉 Peran PRIMA PLASTINDO: memberikan konsultasi teknis soal masterbatch dan supply resin HIPS virgin yang lebih stabil.
d. Studi Kasus Tambahan – Pabrik Household
* Sebuah pabrik di Surabaya memproduksi ember, rak, dan peralatan rumah tangga dari resin HIPS. Masalah utama mereka adalah produk pecah saat impact dan dimensi tidak konsisten. Setelah investigasi, diketahui:
* Cycle time terlalu cepat.
* Menggunakan screw aus sehingga pencampuran tidak homogen.
* Solusinya adalah perbaikan cycle time, penggantian screw, dan penggunaan resin HIPS virgin dari INEOS. Hasilnya reject turun dari 30% menjadi 7%, dan produk jauh lebih kuat.
e. Pelajaran dari Studi Kasus
Dari seluruh studi kasus ini ada pola yang jelas:
* Material berperan penting. Pabrik yang mengandalkan recycle berlebihan hampir selalu mengalami reject tinggi.
* Proses dan mesin harus seimbang*. Setting suhu, cooling, dan tekanan injection sangat menentukan kualitas akhir.
* Maintenance tidak bisa diabaikan. Die, screw, dan screen pack yang aus atau kotor sering menjadi sumber masalah.
* QC harus aktif. Tanpa uji impact, visual, dan thickness / ketebalan secara rutin, masalah baru akan diketahui setelah reject menumpuk.
Yang terpenting, penggunaan resin HIPS Virgin Original dari brand terpercaya (Trinseo & INEOS) terbukti mengurangi reject secara signifikan.
👉 Pabrik Anda juga menghadapi masalah serupa? Produk rapuh, warna belang, warping, atau reject tinggi karena recycle berlebihan?
PRIMA PLASTINDO siap menjadi partner solusi dengan supply HIPS Virgin Original (Trinseo & INEOS) dan konsultasi teknis langsung di pabrik Anda.
📞 WhatsApp / Tel: +62 812 8664 0700
🌐 Website: www.primaplastindo.co.id
7. Praktik Terbaik Produksi HIPS
a. Pemilihan Grade Resin HIPS yang Tepat
Salah satu kesalahan paling umum di pabrik adalah menggunakan grade resin HIPS yang tidak sesuai dengan aplikasi. Padahal, perbedaan Melt Flow Index (MFI) sangat berpengaruh pada hasil akhir.
* Injection molding: gunakan grade dengan MI 3–5, karena alirannya cukup lancar untuk produk berdinding sedang. Cocok untuk mainan, casing, dan household.
* Extrusion sheet: gunakan grade MI rendah (1,5–2,5). Resin lebih viscous sehingga sheet lebih tough dan tidak gampang retak.
* Thin-wall injection: gunakan grade MI tinggi (10–15), sehingga resin mudah mengisi cavity tipis.
👉 Praktik terbaik: selalu konsultasikan dengan supplier sebelum memilih grade. Misalnya, Trinseo 470 cocok untuk injection, sedangkan INEOS 576H lebih stabil untuk extrusion sheet.
b. Penanganan Bahan Baku (Material Handling)
Kualitas resin HIPS sangat dipengaruhi oleh cara penanganan resin sebelum masuk mesin. Banyak pabrik mengabaikan hal ini sehingga timbul masalah seperti white spot, silver streak, dan warna belang.
* Penyimpanan: simpan resin di gudang tertutup, hindari kontak langsung dengan udara lembap. Gunakan pallet dan cover plastik.
* Drying: sebelum dipakai, lakukan pengeringan resin 70–80 °C selama 2–3 jam.
* Feeding system: pastikan hopper loader bersih dan bebas dari debu serta residu resin lama.
* Campuran recycle: batasi penggunaan recycle maksimal 20–30%. Jangan campur recycle yang berbeda grade tanpa uji coba terlebih dahulu.
👉 Praktik terbaik: selalu lakukan moisture check menggunakan alat sebelum resin masuk mesin.
c. Setting Mesin Injection & Extruder
☆ Injection Molding
* Temperature barrel: feed zone 180–190 °C, compression 200–220 °C, metering 220–230 °C, nozzle 220–240 °C.
* Injection speed: gunakan kecepatan sedang untuk menghindari flow mark.
* Holding pressure: cukup tinggi untuk mencegah void dan warping.
* Cooling time: jangan terlalu cepat, terutama untuk produk berdinding tebal.
☆ Extrusion
* Temperature barrel: zone 1 (180–200 °C), zone 2 (200–220 °C), zone 3 (220–230 °C), die 225–235 °C.
* Chill roll: jaga suhu 70–80 °C agar permukaan sheet rata dan glossy.
* Line speed: sesuaikan agar sheet tidak terlalu cepat pendinginannya.
* Screen pack: ganti setiap 24 jam untuk menghindari impurity.
👉 Praktik terbaik: dokumentasikan semua setting mesin dan lakukan uji coba kecil setiap kali ganti batch resin.
d. Proses Pencampuran Warna (Coloring)
Warna belang adalah masalah klasik pada HIPS. Penyebab utamanya adalah pencampuran masterbatch yang tidak homogen.
* Gunakan masterbatch dengan carrier resin PS, bukan PE atau PP, agar kompatibilitas lebih baik.
* Gunakan screw dengan desain mixing head supaya pencampuran lebih homogen.
* Naikkan back pressure 8–12 bar saat injection.
* Lakukan pre-mixing masterbatch dengan resin virgin sebelum masuk hopper.
👉 Praktik terbaik: untuk produk premium, gunakan masterbatch impor dengan konsentrasi tinggi sehingga pencampuran lebih stabil.
e. Quality Control (QC)
Tanpa QC yang baik, pabrik tidak akan tahu masalah sebelum reject menumpuk.
* Uji Visual: lakukan inspeksi langsung pada permukaan produk untuk melihat silver streak, white spot, atau warna belang.
* Uji Impact: gunakan metode Izod Notched untuk memastikan toughness.
* Uji Dimensi: gunakan caliper atau gauge untuk memastikan produk tidak melengkung atau menyusut berlebihan.
* Online Thickness Check: pada extrusion sheet, pasang alat thickness gauge real-time.
👉 Praktik terbaik: buat standar QC internal, misalnya reject maksimal hanya 5%
f. Maintenance Mesin & Mould
Masalah seperti warping, retak, atau surface kasar seringkali bukan dari resin, melainkan dari mesin atau mould.
* Screw & barrel: ganti bila clearance >0,2 mm.
* Die lip extruder: harus rutin dibersihkan dan dipolish.
* Cooling channel mold: pastikan sirkulasi merata agar pendinginan stabil.
* Screen pack: jangan menunggu mampet total, ganti secara terjadwal.
👉 Praktik terbaik: lakukan preventive maintenance mingguan, bukan hanya corrective maintenance saat mesin rusak.
g. Kombinasi Material & Proses
Banyak pabrik jatuh ke kesalahan klasik: menekan biaya dengan recycle terlalu tinggi. Hasilnya reject justru meningkat, kerugian lebih besar.
* Gunakan kombinasi resin virgin 70–80% + recycle 20–30%.
* Selalu lakukan uji coba kecil sebelum ganti komposisi bahan.
* Jangan gunakan recycle dari sumber berbeda tanpa QC.
👉 *Praktik terbaik: gunakan supply resin virgin dari PRIMA PLASTINDO sebagai bahan utama, recycle hanya untuk campuran ringan.
h Ringkasan Praktik Terbaik
Untuk memastikan produksi HIPS berjalan lancar, ada beberapa prinsip kunci yang tidak boleh dilupakan:
* Pilih grade resin sesuai aplikasi.
* Tangani resin dengan benar, terutama drying.
* Gunakan setting mesin yang stabil dan terdokumentasi.
* Pastikan pencampuran warna homogen.
* Terapkan QC ketat di setiap batch produksi.
* Lakukan maintenance rutin pada mesin dan mould.
* Gunakan komposisi virgin lebih dominan untuk menekan reject.
Dengan mengikuti praktik terbaik ini, reject bisa ditekan hingga <5%, kualitas produk meningkat, dan biaya produksi lebih terkendali.
👉 Semua praktik terbaik ini akan jauh lebih mudah dijalankan bila pabrik Anda menggunakan bahan baku yang konsisten kualitasnya.
PRIMA PLASTINDO hadir sebagai partner terpercaya, menyediakan HIPS Virgin Original (Trinseo & INEOS) dengan kualitas stabil, harga kompetitif, dan konsultasi teknis gratis untuk setiap pembelian.
💎 Keunggulan dari kami:
✔️ Konsultasi teknis langsung dengan tim berpengalaman.
✔️ Supply stabil & ready stock.
✔️ Harga kompetitif untuk semua kebutuhan industri.
Hubungi sekarang
📞 WhatsApp / Tel: +62 812 8664 0700
🌐 Website: www.primaplastindo.co.id
biji plastik hips, harga biji plastik hips, biji plastik hape, biji plastik pp hitam, biji plastik harga, biji plastik pe