Produsen Indonesia naikkan harga PP setelah stabil

Produsen Indonesia naikkan harga PP setelah stabil

Produsen Indonesia naikkan harga PP setelah stabil  – Kenaikan harga polipropilena (PP) di Indonesia setelah stabil selama tujuh minggu mencerminkan sejumlah faktor ekonomi dan pasar yang saling berkaitan, diantaranya:

1. Peningkatan harga bahan baku utama, Propilena (PP) yang berperan signifikan.

Propilena merupakan produk turunan dari minyak mentah, sehingga setiap perubahan harga minyak dunia berdampak langsung pada biaya produksi PP. Kenaikan harga minyak baru-baru ini, dipicu oleh ketegangan geopolitik dan pembatasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak, telah meningkatkan biaya bahan baku PP, memaksa produsen untuk menaikkan harga demi menjaga margin.

2. Keterbatasan pasokan

Kondisi ini terjadi di tingkat global yang juga berdampak pada ketersediaan PP di Indonesia. Beberapa produsen besar mengalami gangguan produksi karena perawatan kilang atau masalah operasional, yang menyebabkan kelangkaan bahan baku.

Ketika pasokan terbatas, produsen sering kali menaikkan harga untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Seorang produsen besar Indonesia telah menaikkan harga PP dan PE, dengan harga PP mengalami kenaikan setelah tujuh minggu tidak mengalami perubahan.

Dibandingkan minggu sebelumnya, harga PE dinaikkan sebesar Rp60.000-70.000/ton ($4-5/ton) menjadi Rp17.360.000/ton ($1.091/ton) untuk film HDPE, Rp17.750.000/ton ($1.115/ton) untuk film LLDPE, dan Rp18.630.000/ton ($11.170/ton) untuk injeksi LLDPE, semuanya berdasarkan FD Indonesia, tunai. Hal ini terjadi setelah seminggu ketika harga PE naik sedikit kurang dari setengah persen untuk HDPE dan sekitar 1% untuk jenis LLDPE, setelah mempertahankan stabilitas selama enam minggu berturut-turut.

Sedangkan untuk PP, jenis homopolimer naik sebesar Rp230.000/ton ($15/ton) menjadi Rp17.580.000/ton ($1.104/ton) untuk rafia dan inj. dan menjadi Rp17.920.000/ton ($1.126/ton) untuk BOPP, sementara jenis film normal naik sebesar Rp390.000/ton ($25/ton) menjadi Rp19.170.000/ton ($1.204/ton), semuanya FD Indonesia, tunai.

Jenis PP kopolimer injeksi juga mengalami kenaikan harga sebesar Rp80.000-90.000/ton ($5-6/ton) menjadi Rp19.620.000 ($1.233/ton) untuk mutu kopolimer blok dan menjadi Rp22.020.000/ton ($1.383/ton) untuk kopolimer acak, keduanya atas dasar yang sama.

Permintaan PP di Indonesia juga mengalami kenaikan, terutama dari sektor industri seperti kemasan, otomotif, konstruksi, dan elektronik. Pemulihan ekonomi setelah pandemi telah mendorong aktivitas di sektor-sektor ini, yang merupakan pengguna utama PP. Dengan tingginya permintaan, harga pun mendapat tekanan untuk naik, sebagai cara untuk mengelola ketersediaan bahan.

3. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Situasi ini menambah tekanan pada produsen lokal. Karena sebagian besar bahan baku harus diimpor dalam dolar, pelemahan rupiah meningkatkan biaya impor bahan baku, sehingga berdampak pada harga PP.

4. Kebijakan dan regulasi pemerintah yang berfokus pada pembatasan impor bahan baku

Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung industri dalam negeri, sehingga turut berpengaruh menciptakan kondisi di mana produsen lokal menaikkan harga untuk mengatasi keterbatasan dan menutupi biaya produksi yang lebih tinggi.

 

biji plastik pp, biji plastik pp bening, biji plastik pp hitam, biji plastik pp karung, biji plastik pp daur ulang, biji plastik pp adalah, biji plastik pp hdpe, biji plastik pp untuk apa, biji plastik pp recycle



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?