29 Sep Permintaan Rendah, Harga PP Malah Naik?
Harga plastik PP di Asia terus naik, padahal permintaannya dilaporkan rendah.
Apa penyebabnya? Bagaimana level harganya?
Dan seperti apa prediksi harganya ke depan?
PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Meskipun permintaan pasar yang rendah akibat dari resistensi pembeli, harga pasar PP impor di Asia terus meningkat.
Apa penyebabnya?
Ternyata, banyak pedagang saat ini berupaya menahan penawaran mereka dengan harapan harga PP bisa terus naik ke depannya.
Meski permintaan rendah dan pedagang menahan penawaran mereka, tidak berarti pasokan PP sedang melimpah ruah saat ini.
Ini karena adanya penutupan beberapa fasilitas cracker di wilayah Asia, yang otomatis memangkas tingkat produksi dari produsen PP Asia.
Sehingga bisa dibilang pasokannya pun cukup terbatas, tidak terlalu membanjiri pasar.
Lantas seperti apa level harga plastik PP Impor Asia saat ini?
Pada pertengahan September 2022, harga PP dilaporkan naik 30-50 Dolar per tonnya.
Sehingga harga homo-PP rafia dan injeksi impor, ditawarkan pada harga 1100 Dolar per ton, sedangkan untuk PP blok kopolomer impor, sedikit lebih tinggi di 1130 Dolar per ton.
Apakah kenaikan harga ini akan terus berlangsung?
Menurut pendapat beberapa pedagang regional Asia, nampaknya iya, karena mereka akan terus menahan penawaran dan pasokan mereka untuk mendongkrak harga.
Di sisi lain, meskipun para pedagang terus berupaya meningkatkan penawaran harga PP, ada faktor yang dapat menekan kenaikan harga ini. Apa itu?
Hal itu adalah melemahnya harga minyak dunia saat ini, di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global, dan ini terlihat dari bagaimana harga minyak turun sebesar 3% di minggu keempat September ini.
Namun banyak pedagang tahu, bahwa kebanyakan pembeli sudah semakin menipis cadangan pasokannya, akibat dari periode tidak aktif membeli yang cukup panjang, karena banyak pembeli terus menunggu harga turun.
Padahal menjelang akhir tahun, permintaan akan produk akhir PP biasanya meningkat, jadi mau tidak mau para produsen perlu menyerap pasokan yang ada demi memenuhi pesanan.
Sehingga sekarang terjadi tarik ulur antara pembeli dan pedagang, siapa yang lebih dulu menyerah? pembeli yang kehabisan stok PP? atau malah pedagang yang terlalu lama menahan pasokan?