Kalah Pamor Dari Uang Digital, Uang Kertas Akan Tamat?

Kalah Pamor Dari Uang Digital, Uang Kertas Akan Tamat?

Transaksi digital saat ini semakin banyak digunakan, masyarakat Indonesia sudah semakin terbiasa bertransaksi secara digital.

Apakah ini berarti kiamat uang fisik/uang kertas akan segera tiba?

Bagaimana masa depan transaksi keuangan di Indonesia?


PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Sejak tahun 997 M, uang kertas sudah digunakan sebagai alat tukar menggantikan logam emas dan perak.

Mengapa uang kertas dipilih untuk menggantikan emas dan perak? jelas karena kepraktisannya, uang kertas lebih ringan, ringkas dan mudah dibawa-bawa.

Tapi seiring perkembangan jaman, setelah digunakan lebih dari 1000 tahun, penggunaan uang kertas di masyarakat nampaknya mulai menunjukkan penurunan.

Apa buktinya? Bank Indonesia pada Mei 2022 melaporkan bahwa peredaran uang kartal, atau uang kertas dan logam, pertumbuhannya hanya sekitar 8,97% saja, cukup rendah dibandingkan pertumbuhan transaksi digital.

Apa penyebabnya?

Memang secara global, semua negara-negara di dunia sedang menuju ke cashless society, alias masyarakat bebas uang tunai, dimana semua transaksinya sudah dilakukan secara digital.

Seperti di China dan Swedia contohnya, yang sudah berhasil mengarahkan masyarakat mereka menuju cashless society.

Di China, hampir semua transaksi, bahkan di toko-toko dan restoran-restoran kecil, transaksinya sudah secara digital, sedikit sekali yang maasih menggunakan uang fisik.

Di Swedia, mau menggunakan toilet umum saja pembayarannya juga sudah bisa menggunakan kartu debit atau kredit – bahkan tercatat 85% masyarakat Swedia sudah memiliki akses ke perbankan online, dan hanya sekitar 1% saja transaksi yang masih dilakukan secara tunai.

Nah, Indonesia juga sedang mengarah ke sana.

Apa buktinya bahwa Indonesia sedang menuju ke cashless society?

 

Menurut laporan BI juga, kalau pertumbuhan uang kartal hanya sekitar 8,97% saja, transaksi uang elektronik pertumbuhannya mencapai hingga 35,25%, dan transaksi perbankan online hingga 20,82%.

Dan kita bisa lihat hal ini dengan nyata di banyak kota-kota besar, semua kebutuhan mulai dari belanja, makanan, minuman, pakaian hingga jasa transportasi gojek dan grab, bayarnya sudah serba cashless, mulai dari ovo, gopay, shopeepay, sampai QRIS.

Sudah semakin banyak masyarakat di kota besar yang merasa ‘lebih baik ketinggalan dompet, daripada ketinggalan handphone’, karena hampir semua transaksi dapat dilakukan via aplikasi handphone.

Memang, di kota-kota lain yang lebih kecil, proses adopsi transaksi digitalnya sedikit lebih lambat, masih banyak yang masih mengandalkan transaksi tunai.

Meskipun begitu, pertumbuhan transaksi digital nampaknya akan semakin pesat dan merata ke depannya di Indonesia, sehingga penggunaan uang kertas akan semakin minim.

Apalagi, antusiasme masyarakat global akan cryptocurrency atau mata uang kripto juga belum surut, karena berdasarkan dara Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, per Mei 2022 jumlah investor kripto mencapai 14,1 juta investor.

Indonesia sendiri juga sedang mengembangkan Rupiah digital untuk berkiprah di ranah mata uang kripto.

Jadi kelihatannya kiamat uang kertas di masa depan memang sudah tidak terelakkan, pertanyaannya sekarang hanya ‘seberapa cepat itu akan terjadi?’



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?