08 Sep Harga BBM Naik, Siap-Siap Ini yang Terjadi!
Harga BBM Pertalite dan Solar sudah resmi naik di awal September 2022.
Apa dampaknya pada perekonomian Indonesia?
Apakah dampaknya akan sangat buruk?
PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Di tanggal 3 September 2022, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM Pertalite, dari sebelumnya 7650 rupiah per liter, menjadi 10.000 rupiah per liter, sedangkan solar naik dari 5150 jadi 6180 rupiah per liter.
Banyak yang bertanya, mengapa pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga BBM Subsidi ini di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi, dengan resiko meningkatkan laju inflasi?
Memang perlu dimaklumi, dengan banyaknya tekanan, seperti dari ketegangan Rusia-Ukraina yang membuat kestabilan pasokan minyak dunia jadi terguncang, belum lagi harga minyak yang melambung tinggi dan belum ada tanda-tanda akan turun, penyesuaian harga BBM memang perlu dilakukan, karena jika tidak, APBN yang akan menjadi tumbalnya.
Tadinya, alokasi APBN Indonesia untuk belanja subsidi BBM dan kompensasi energi hanya sebesar 170 triliun rupiah saja, kini angkanya melonjak tinggi menjadi 502 triliun rupiah, dan menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, angka ini bisa membengkak lagi jadi 700 triliun! jika tidak ada penyesuaian harga BBM.
Tapi bukankah harga minyak dunia sedang turun? Bukankah ada minyak Rusia juga yang ditawarkan dengan harga yang miring?
Kenapa harga BBM tetap perlu naik walaupun harga minyak dunia turun?
Itu karena alokasi APBN tersebut dirancang dengan asumsi harga minyak hanya 63 dolar per barel – sedangkan harga minyak dunia rata-rata saat ini sekitar 105 Dolar per barel, dan meskipun lebih rendah, harga minyak Rusia ditawarkan dengan harga 80 Dollar per barel – masih lebih tinggi dari asumsi harga minyak yang digunakan dalam APBN.
Itulah sebabnya, melihat gejolak harga minyak dengan kondisi ekonomi global yang tidak pasti, serta konflik Rusia-Ukraina yang belum jelas kapan berakhir, Pemerintah perlu melakukan penyesuaian harga BBM Subsidi.
Bagaimana dampak kenaikan harga BBM ini pada laju inflasi yang sedang berusaha dikendalikan saat ini?
Jika mengacu pada tahun 2014, dimana p emerintah menaikkan harga BBM Premium sebesar 30%, inflasi kemudian melesat jadi 8,36% secara year-on-year.
Di tahun sebelumnya, tahun 2013, harga BBM juga sempat dinaikkan, dan juga memicu kenaikan inflasi hingga 8,38% year-on-year.
Per Juli 2022 ini, tingkat inflasi Indonesia tercatat sudah mencapai 4,94% secara year on year, nah, apakah sejarah akan terulang dan kenaikan harga BBM ini akan mendongkrak laju inflasi hingga menembus 8%? Kita perhatikan saja pergerakannya ke depan.
Yang jelas, inflasi akan naik karena kenaikan harga BBM ini, dan jelas akan memberikan dampak besar.
Apa saja dampaknya?
1. Harga Bahan Pokok
Pertama-tama, dampaknya akan terlihat dari harga bahan-bahan pokok, karena biaya transportasi untuk mendistribusikan barang-barang tersebut akan naik – dan bila harga bahan-bahan pokok sudah naik, tentu ini akan merembet dan membuat naik harga-harga lainnya.
2. Biaya Energi & Operasional
Kedua, untuk industri ini akan cukup berdampak pada, selain transportasi, juga lonjakan pada biaya energi dan operasional.
Yang dikhawatirkan adalah apabila kenaikan biaya operasional tersebut terlalu tinggi, bisa jadi perusahaan-perusahaan tersebut akan menghentikan perekrutan karyawan baru atau mungkin juga melakukan PHK untuk menekan biaya operasional.
3. Menurunnya Daya Beli Masyarakat
Dampak ketiga, yaitu menurunnya daya beli masyarakat, seiring dengan naiknya tingkat pengangguran, dan banyak orang yang menahan belanja serta pengeluaran mereka demi untuk berhemat.
Pertumbuhan ekonomi jelas akan tertahan dan tertekan oleh karena ini, dan yang paling dikhawatirkan adalah jika pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat tidak bisa mengimbangi laju inflasi, bayang-bayang stagflasi akan menjadi semakin nyata.