Inflasi—Pengertian, Penyebab, dan Cara Menghadapinya

Inflasi—Pengertian, Penyebab, dan Cara Menghadapinya

Inflasi adalah istilah yang cukup sering kita dengar saat membahas bisnis dan ekonomi.

Apa sebenarnya pengertian dari Inflasi?

Apa penyebab utamanya? Dan bagaimana cara mengendalikannya?


PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Apa sebenarnya arti istilah inflasi ini sendiri?

Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, akibat dari penyusutan nilai uang.

Contoh: Di tahun 90-an, uang jajan 1.000 rupiah sudah termasuk cukup besar, dengan uang segitu saja banyak yang bisa foya-foya jajan makanan minuman ini-itu.

Tapi di tahun 2022 ini, apa yang bisa kita dapatkan dengan 1000 rupiah? Tidak banyak. Mungkin bayar parkir atau untuk beli jajanan saja sudah tidak cukup.

Nilai uang 1.000 rupiah dulu dan sekarang sudah sangat jauh berbeda.

Mengapa? karena nilai uangnya menyusut, akibat dari harga-harga barang dan jasa naik secara bertahap sedikit demi sedikit, dari tahun ke tahun – ini contoh dan pengertian sederhana dari inflasi.

Tapi, kalau hanya satu/dua jenis barang saja yang harganya naik, sebenarnya belum bisa disebut sebagai inflasi, kecuali kalau kemudian kenaikan harga barang tersebut meluas dan membuat harga barang-barang lain ikutan naik, barulah itu yang disebut sebagai inflasi.

Contohnya seperti kenaikan harga minyak goreng, karena minyak goreng jadi mahal, terpaksa para pengusaha makanan menaikkan harga makanan mereka, dan karena harga makanan naik, efeknya kemudian biaya tenaga kerja ikutan naik karena para pekerja perlu menghabiskan lebih banyak uang untuk makanan mereka dan begitu seterusnya, membuat efek beruntun yang membuat semua harga barang secara keseluruhan naik dan uang secara keseluruhan semakin berkurang nilainya.

Jadi pada intinya, inflasi membuat nilai tukar uang terhadap barang atau jasa semakin berkurang – semakin menyusut – sehingga nampak seperti harga-harga jadi semakin mahal.

Apa penyebab dari inflasi?
penyebab utamanya adalah kenaikan harga-harga bahan baku utama atau komoditas, dan biasanya ini disebabkan oleh ketimpangan antara pasokan dan permintaan pasar.

Contohnya seperti kita bisa lihat dari ketegangan Rusia-Ukraina ini. Gara-gara sanksi dan embargo yang dilancarkan terhadap Rusia, pasokan minyak Rusia jadi tertahan, padahal Rusia adalah salah satu pemasok minyak utama dunia.

Akibatnya, pasokan minyak yang tersedia dan bisa dibeli jadi berkurang, padahal permintaan sedang naik karena efek pandemi mulai pudar – ujung-ujungnya harga minyak mentah jadi naik tinggi.

Kenaikan minyak ini merembet dan memicu kenaikan harga-harga lainnya, karena komoditas turunan minyak, seperti harga BBM dan bahan baku plastik, jadi ikutan naik – BBM naik, biaya transportasi naik, biaya operasional pabrik-pabrik jadi naik, akhirnya harga jual produk akhirnya naik juga – sehingga terjadilah inflasi.

Penyebab kedua dari inflasi adalah jumlah uang beredar yang terlalu tinggi. Sepertti di awal pandemi lalu, karena lockdown ketat di berbagai negara, banyak bisnis dan industri yang mandeg – berhenti beroperasi – dan di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat juga menurun drastis karena tidak bisa kemana-mana, sehingga perekonomian pun sangat sangat melambat.

Oleh karena itu, The Fed memutuskan untuk melakukan cetak uang untuk bisa meningkatkan jumlah uang beredar, menjaga daya beli masyarakat, sehingga perekonomian tidak berhenti sama sekali.

Tapi semakin banyak uang yang dicetak, semakin berkurang juga nilainya – mengikuti prinsip ekonomi: semakin langka suatu barang, semakin tinggi juga nilainya.

Bayangkan kita punya sebuah berlian yang sangat indah dan berharga, mungkin warnanya merah menyala dan ukurannya cukup besar, dan tidak ada orang lain yang punya berlian seperti ini – harganya pasti sangat sangat mahal sekali.

 

Tapi bagaimana kalau keesokan harinya semua orang di dunia punya berlian yang sama persis, tetangga-tetangga kita pun punya dan mereka punya bahkan lebih banyak dari kita – ada yang punya selusin, ada yang punya sekarung, ada yang punya selemari penuh – seberapa berharga sekarang berlian yang anda punya? pastinya tidak seberharga atau sebernilai pada saat tidak ada berlian lain yang sama seperti itu bukan?

Prinsip ini berlaku juga untuk uang, semakin banyak uang yang dicetak dan beredar, semakin berkurang juga dan menyusut nilai tukarnya terhadap barang – sehingga harga-harga barang secara umum naik dan terjadilah inflasi.

Sayangnya inflasi selalu terjadi dari waktu ke waktu dan tidak bisa dihilangkan secara tuntas, namun inflasi masih bisa dikendalikan dan dikurangi. Bagaimana caranya?

Biasanya pemerintah bersama dengan bank sentral akan melakukan pengendalian inflasi melalui 3 jenis kebijakan: kebijakan moneter, fiskal, dan non-moneter.

Kebijakan moneter yang biasanya diambil pemerintah adalah mengurangi jumlah uang yang sudah beredar, dengan menaikkan suku bunga pinjaman bank, dan juga melakukan operasi pasar.

Sedangkan untuk kebijakan fiskal yang biasanya dilakukan adalah menghemat pengeluaran dan pembelanjaan negara, tujuannya adalah untuk menurunkan permintaan pasar, membuatnya seimbang dengan ketersediaan pasokan yang ada dan akhirnya membuat harga-harga jadi turun.

Kebijakan fiskal yang biasa diambil juga adalah menaikkan pajak, sehingga tingkat konsumsi masyarakat akan menurun, dan arus uang beredar yang kembali ke pemerintah akan semakin banyak.

Untuk kebijakan non-moneter, biasanya pemerintah akan mengupayakan peningkatan tingkat produksi dan ketersediaan barang dengan memudahkan aturan impor barang.

Pemerintah juga dapat menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang komoditas, seperti minyak goreng curang yang HET-nya pernah dipatok di 140.000 rupiah saja, dan juga menahan arus ekspor komoditas supaya ketersediaannya tetap cukup di dalam negeri.

Nah sekarang, bagaimana masyarakat umum dapat menghadapi laju inflasi yang kelihatannya terus naik dari tahun ke tahun?
Jawabannya adalah dengan investasi yang memiliki suku bunga pengembalian lebih tinggi daripada tingkat inflasi.

Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini, tingkat inflasinya mencapai 4,2% – walaupun di pertengahan tahun 2022 ini baru mencapai 3,47% saja.

Kalau hanya mengandalkan bunga tabungan yang hanya 1-2% saja ditambah potongan admin tiap bulan, sudah pasti uang simpanan anda akan kalah digerogoti laju inflasi.

Maka berbagai jenis instrumen investasi jangka panjang bisa menjadi pilihan masyarakat untuk melawan laju inflasi – mulai dari deposito yang berbunga 6-7% per tahun, investasi logam mulia seperti perak atau emas, hingga saham, obligasi, atau reksa dana.



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?