17 Jun INDUSTRI KEMBALI “NORMAL”, PASAR POLIMER BAGAIMANA? [BREAKING NEWS]
Selepas lockdown ketat di China, terutama Shanghai, kegiatan industri mulai menggeliat maju menuju kapasitas penuhnya.
Bagaimana efeknya terhadap harga-harga plastik?
Bagaimana sentimen pasar kedepannya?
PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Shanghai, tidak hanya adalah kota terbesar di China dengan total populasi sebesar 25 juta penduduk, namun juga adalah pusat keuangan, manufaktur, dan pintu gerbang logistik utama China – sehingga pembukaan kembali Shanghai dari lockdown ketat pada 1 Juni 2022 lalu, memberikan dampak besar pada industri.
Permintaan di pasar polimer sempat menurun drastis pada masa lockdown Shanghai di bulan Maret, tapi sekarang setelah dibuka kembali, banyak pelaku pasar mulai mengukur bagaimana situasi harga pasar polimer kedepannya, baik di China maupun Asia, mengingat ada banyak kekhawatiran, seperti kelebihan pasokan hingga tantangan ekonomi yang berat.
Banyak penjual dan distributor biji plastik optimis bahwa pemulihan ekonomi dan harga energi yang tinggi, akan memperkuat kenaikan harga biji plastik.
Di sisi lain, banyak konsumen biji plastik berharap, penguatan harga pasar polimer dapat terjadi secara bertahap, agar ada ‘lebih banyak waktu’ untuk para konsumen untuk bersiap menyerap kenaikan harganya.
Sementara itu, harga biji plastik PP dan PE Asia sudah nampak mulai merangkak naik. Seperti apa kondisi harganya?
Pada 3 Juni 2022, harga PE dilaporkan sudah naik 7-15 Dolar per ton, sedangkan harga homo-PP rafia dan PPBC injeksi naik 7-30 Dolar per ton di pertengahan Juni ini.
Pasar PE Asia Tenggara untuk HDPE film dapat terbilang cukup stabil dan tidak ada peningkatan signifikan, sementara LLDPE dan LDPE turun 10-50 Dolar per ton di pertengahan Juni ini akibat permintaan yang melemah dan penawaran yang kompetitif dari Rusia, Korea Selatan, dan India.
Seorang pelaku pasar berkomentar bahwa banyak pembeli belum percaya diri untuk melakukan transaksi karena melihat prospek pertumbuhan ekonomi yang suram, sehingga hal ini membuat pertumbuhan permintaan PP dan PE agak terhambat.
Berlawanan dengan tren penguatan PP dan PE, harga PVC dan spot etilena Asia justru melemah cukup jauh, dengan penurunan harga yang tercatat mencapai 30-45 Dolar per ton.
Bagaimana situasi kedepannya harga-harga di pasar polimer ini?
Melihat tren harga minyak yang terus naik mengiringi konflik Rusia-Ukraina, kelihatannya ini sendiri akan berkontribusi cukup kuat mendorong kenaikan harga biji plastik ke depannya.
Dan meskipun memang butuh waktu, pemulihan berkelanjutan di pasar polimer China akan menghidupkan kembali permintaan biji plastik secara keseluruhan di wilayah Asia – karena selera pembelian dalam negeri China yang meningkat akan berarti berkurangnya angka ekspor biji plastik yang keluar dari China ke wilayah Asia, sehingga kondisi pasokan di berbagai wilayah akan cukup seimbang, tidak akan lagi terlalu berlimpah.
Untuk PVC pun, banyak pelaku pasar yang percaya bahwa harganya akan berbalik arah di minggu ketiga Juni, mengingat kontrak berjangka di Dalian terus naik nilainya dan permintaan mulai naik sedikit demi sedikit.
Pulihnya kegiatan industri China yang berlangsung bertahap ini, pastinya juga akan berdampak pada pasar polimer dan harga biji plastik di Indonesia.