RUSIA-CHINA MAKIN MESRA! EROPA-AS TERPUKUL? [KABAR BISNIS]

RUSIA-CHINA MAKIN MESRA! EROPA-AS TERPUKUL? [KABAR BISNIS]

Tarik ulur Rusia-China dengan Eropa AS membuat harga minyak terdongkrak!

Bagaimana level harganya? Bagaimana selanjutnya langkah kedua belah pihak akan hal ini?


PrimaPlastindo.co.id, JAKARTA—Uni Eropa baru-baru ini menyatakan larangan impor minyak mentah dari Rusia ke negara-negara anggotanya di Eropa. Hal ini sontak membuat harga minyak naik, karena banyak negara-negara Eropa harus mulai berpaling pada produsen lain selain Rusia.

Menurut Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, ini bukanlah hal yang mudah, karena beberapa negara anggotanya sangat bergantung sekali pada minyak mentah Rusia, termasuk juga untuk gas alamnya.

Untuk itu, Komisi Eropa dan Badan Energi Internasional (IEA) telah menyusun langkah-langkah penghematan energi dalam negeri mereka, seraya mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan.

Mereka mendesak penduduk eropa untuk bekerja dari rumah dan mengurangi berkendara, sehingga di satu sisi dapat menurunkan tagihan energi masing-masing penduduk mereka, dan pada saat yang bersamaan, mengurangi ketergantungan energi dari Rusia.

Menurut perhitungan Komisi Eropa dan IEA, dengan cara ini, 220 juta barel minyak per tahunnya dapat dihemat, termasuk juga 17 miliar meter kubik gas.

Tapi saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi mendesak mereka, banyak negara Eropa mengupayakan supply minyak dari Arab Saudi dan Amerika Serikat, langkah ini yang membuat harga minyak global jadi melonjak.

Pada minggu kedua Mei ini, harga minyak Brent sudah naik ke level harga 115 Dolar per barel, dan untuk WTI harganya naik dan bertengger di 110 Dolar per barelnya. Rusia juga saat ini berupaya mengalihkan ekspor minyak dan gas mereka ke arah China dan India.

Sayangnya, karena kebijakan lockdown ketat yang masih berlangsung di China, sehingga penyerapan minyak mentah di sana menurun drastis dan faktor ini lah yang meredam kenaikan harga minyak tidak terlalu ekstrem.

Tampaknya, ikatan kerjasama antara AS-Eropa dan di sisi lain Rusia-China, membentuk dua kubu besar dunia apalagi hal ini diperkuat oleh deklarasi kemitraan ‘tanpa batas’ antara Rusia dan China pada Februari lalu, dalam rangka membendung pengaruh dan dominasi negara-negara barat pimpinan AS di wilayah Asia.

Hal ini ditunjukkan dari dukungan China agar Ukraina tidak diterima di NATO, sementara sebaliknya Rusia juga menentang kemerdekaan Taiwan.

Jika lockdown China telah dibuka, dan industri di sana berjalan normal kembali, tidak menutup kemungkinan sebagian besar minyak Rusia akan diserap ke China dan hal ini akan semakin mempererat hubungan kerjasama di antara mereka.

Bagaimana perkiraan pergerakan harga minyak kedepannya?
Menurut Analis pasar dari Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, harga-harga komoditas memang akan volatil kedepannya, tapi harga minyak khususnya akan jatuh cukup dalam menurutnya.

Karena jika harga minyak terus menanjak ke level 150 Dollar per baren, ini dapat memicu resesi, sehingga diperkirakan harga minyak akan masuk ke tren penurunan.

Penurunan harga minyak ini bisa menjadi angin segar yang berpotensi melandaikan tingkat inflasi, dan di Indonesia juga terutama, ini dapat meredakan tekanan pemerintah menaikkan harga Pertalite untuk menyeimbangkan nilai keekonomiannya.



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?