EKONOMI RUSIA TETAP KUAT? SANKSI BARAT GAK MEMPAN?? [KABAR BISNIS]

EKONOMI RUSIA TETAP KUAT? SANKSI BARAT GAK MEMPAN?? [KABAR BISNIS]

Rusia klaim bahwa kondisi perekonomian mereka tetap kuat walau dihantam sanksi ekonomi negara-negara barat.

Benarkah demikian? Seperti apa komentar Presiden Rusia, Putin, akan hal ini?
Dan bagaimana efek kedepannya pada pasar minyak dan gas Rusia?


Primaplastindo.co.id, JAKARTA—Presiden Rusia, Putin, telah menyatakan bahwa serangan sanksi ekonomi yang dilancarkan oleh negara-negara barat kepada Rusia atas keputusan invasi ke Ukraina, telah gagal. Dengan yakin, Putin menyatakan kegagalan ini dalam konferensi videonya dengan sejumlah pejabat tinggi Rusia.

Menurut Putin, kebijakan sanksi ekonomi tersebut bahkan telah menjadi bumerang bagi negara-negara yang memberlakukannya. Dirinya mengacu pada inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi, serta prospek ekonomi yang memburuk di Amerika Serikat dan Eropa – hal ini terlihat juga dari penurunan standar hidup orang-orang Eropa dan dpresiasi tabungan mereka.

Putin menjelaskan, bahwa banyak negara barat berharap kebijakan sanksi tersebut akan membawa bencana pada perekonomian Rusia, membuat panik pasar, meruntuhkan sistem perbankan, dan menciptakan kelangkaan barang. Namun, Rusia nampaknya bertahan cukup kuat dengan situasi yang kembali normal, dan nilai tukar Rubel yang pulih dan menguat. Bahkan Rusia menyatakan bahwa di kwartal pertama 2022 ini, mereka mencetak surplus transaksi berjalan lebih dari 58 Miliar Dolar.

Apa yang memungkinkan Rusia bertahan sejauh ini?
Faktor utamanya adalah ketergantungan negara-negara Eropa akan pasokan minyak dan terutama gas alam Rusia. Menurut Badan Energi International, 45% anggaran Rusia tahun lalu berasal dari pendapatan minyak dan gas alam, dan hampir 75% tujuan ekspor gas alam Rusia ini adalah negara-negara Eropa.

Makanya, mereka tidak bisa serta merta langsung stop impor gas dari Rusia, kalau itu dilakukan, sebagian besar negara Eropa bisa jadi akan langsung timpang dan lumpuh. Faktor lain, adalah langkah Putin yang mewajibkan pembayaran minyak dan gas dengan menggunakan Rubel, yang telah diberi underlying atau patokan jaminan emas – membuat nilai tukarnya menjadi solid dan kuat. Ini dimaksudkan sebagai pukulan keras terhadap Dollar AS yang selama telah dicetak tanpa ada jaminan underlying – pada akhirnya, ini bisa menyebabkan inflasi besar-besaran pada perekonomian Amerika.

Apakah ini berarti Rusia sudah menang langkah?
Saat ini, Uni Eropa telah mengambil langkah untuk menjalin kerjasama pasokan gas alam cari yang baru dengan Amerika Serikat untuk menurunkan ketergantungan mereka pada pasokan Rusia. Di sisi lain, banyak negara Eropa juga sedang dalam transisi ke energi terbarukan untuk memebuhi kebutuhan energi mereka.

Banyak analis memperkirakan, ketergantungan negara-negara Eropa kepada Rusia ini akan berumur pendek, dalam 2-3 tahun, Russia sudah harus bersiap mencari pelanggan utama. Dan memang itu yang sedang Rusia lakukan, dengan membangun kerjasama dagang dan menjadikan China serta India sebagai negara tujuan ekspor minyak dan gas mereka yang baru. Saat ini, memang pemasok utama China dan India untuk minyak adalah Arab Saudi, dan banyak pengamat yakin Rusia ingin menyalip posisi Arab Saudi sebagai pemasok utama minyak dan gas di kedua negara Asia ini.



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?