
20 Apr DORR! STRATEGI RUSIA TEMBAK JATUH DOLLAR AS [KABAR BISNIS]
Bayar Minyak pakai Rubel Rusia bisa membuat Dolar inflasi gila-gilaan!
Bagaimana bisa? Bagaimana juga efek kedepannya?
Primaplastindo.co.id, JAKARTA—Amerika Serikat dan para negara barat melancarkan sanksi ekspor untuk mengutuk tindakan Rusia yang menginvasi Ukraina. Hal ini membuat Presiden Rusia mengeluarkan kebijakan tandingan yang mengharuskan semua pembeli minyak dan gas Rusia yang berasal dari negara-negara musuh, untuk membayar dalam Rubel, bukan Dollar lagi.
Siapa negara-negara musuh ini?
Ini adalah negara-negara yang memberlakukan sanksi ekspor ke Rusia, bersama-sama dengan Amerika Serikat, termasuk di dalamnya adalah negara-negara Uni Eropa, yang adalah pelanggan gas alam cair Rusia. Disinyalir, langkah ini dapat menghancurkan perekonomian Amerika Serikat di masa pemerintahan Joe Biden saat ini.
Bagaimana caranya?
Pertama-tama, Russia sengaja mematok nilai tukar Rubel nya dengan emas, 5000 Rubel untuk tiap 1 gram emas, dengan demikian memberikan underlying yang kuat pada mata uang Rusia tersebut. Sangat berbeda dengan Dollar AS, yang tidak memiliki underlying apa-apa dan itu lah sebabnya Amerika Serikat dapat bebas mencetak uang dollar mereka sebanyak-banyaknya.
Kedua, negara-negara Eropa yang tidak lagi melakukan ekspor ke Rusia karena sanksi yang mereka berlakukan, akan kesulitan mendapatkan cadangan Rubel. Dengan demikian, mau tidak mau, negara-negara tersebut harus mengirimkan cadangan emas mereka ke Rusia untuk ditukarkan dengan Rubel, yang kemudian dapat digunakan untuk membayar gas dan minyak Rusia. Rusia tidak menerima Dollar sebagai alat pembayaran, dan memang akses keuangan global mereka telah diblokir oleh Amerika dan sekutunya, termasuk juga penggunaan transaksi SWIFT.
Kenapa kebijakan ini bisa mengahancurkan nilai Dollar AS dan perekonomian AS?
Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak mencetak mata uang mereka, tanpa ada underlying atau jaminan apa pun.
Ini bisa dimungkinkan, karena Dollar AS digunakan dalam transaksi global, untuk ekspor impor, dan termasuk dalam transaksi minyak.
Dan kalau dilihat datanya, pada 2008, ada 800 miliar Dollar AS yang dicetak The Fed dan beredar di seluruh dunia, dan di tahun 2021 lalu, jumlah dollar yang beredar sudah meroket gila-gilaan, mencapai 8,5 triliun Dollar AS – peningkatan jumlahnya mencapai 10 kali lipat!
Jika dalam waktu singkat, sebagian negara-negara di dunia meninggalkan Dollar AS sebagai alat pembayaran, bisa dibayangkan inflasi tak terkendali yang akan terjadi akan Dollar AS. Ditambah lagi, cadangan emas Amerika jauh lebih kecil dibanding jumlah Dollar AS yang beredar tersebut, sehingga efeknya pada perekonomian Amerika dan kemampuan transaksi global mereka, akan sangat besar dan masif.
Di sisi lain, Rusia sudah mempersiapkan 50% cadangan devisanya dalam bentuk emas, dan masih akan terus bertambah sebagai hasil dari kebijakan Putin tentang transaksi gas dan minyak. dan kita lihat juga, China juga telah memberlakukan hal yang sama tahun lalu, transaksi ekspor Indonesia dan China sudah dapat dilakukan menggunakan Rupiah dan Yuan tidak lagi wajib menggunakan Dollar AS.
Kalau semakin banyak negara-negara yang mengikuti jejak Rusia dan China ini, inflasi Dollar AS besar-besaran tidak akan terhindarkan.