19 May BREAKING NEWS | Kondisi Pasar PP & PE di Tengah Gelombang Baru Covid-19
Halo Sobat Prima Plastindo, kondisi di India kelihatannya masih cukup parah bahkan sampai dengan hari ini, dengan tingginya jumlah pasien positif Covid-19, banyak sekali industri manufaktur yang lumpuh kegiatan produksinya.
Varian Covid-19 yang baru tidak hanya muncul di India, tetapi juga di berbagai wilayah lain seperti Eropa dan Afrika, yang sudah pasti mempengaruhi berbagai kegiatan di negara-negara di wilayah tersebut. Banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan baru yang lebih ketat untuk mencegah varian baru ini menyebar lebih luas lagi, mau tidak mau ini berpengaruh juga pada industri dan juga harga bahan baku plastik.
Seperti apa efek Covid varian baru ini pada industri di India? Bagaimana juga harga bahan baku plastik di pasar India dan Eropa, terutama untuk polpropilena? Pertama-tama kita akan lihat kondisi industri dan bisnis di India.
Lonjakan kasus positif Covid-19 varian baru di sana berdampak cukup fatal pada permintaan domestik dalam pasar polimer hilir dan pasar konsumen akhir, akibat dari tutupnya sebagian besar pabrik konverter polimer yang kekurangan tenaga kerja.
INDIA KRISIS TENAGA KERJA?
“Orang-orang ketakutan dan menutup pabrik, karena banyak dari mereka yang terpengaruh oleh kurangnya tenaga kerja lepas. Saat 5-10 orang pekerja pada pabrik konversi jatuh sakit, pabrik-pabrik berskala kecil tidak bisa berfungsi baik,” ungkap seorang pedagang polimer di Mumbai. Tidak heran memang kalau ini jadi masalah, India sudah dihantam gelombang kedua Covid-19 dengan tingkat yang belum pernah dialami negara lain, dengan total kasus positif yang sudah melewati angka 20 juta dengan lebih dari 5 juta infeksi baru yang ditambahkan dalam 15 hari terakhir.
Penduduk Jakarta saja hanya 10,6 juta menurut data terakhir, berarti jumlah kasus baru di India sudah seperti 2 kali jumlah penduduk jakarta sebagai perbandingan, dan sudah bertambah setengah jumlah penduduk Jakarta dalam setengah bulan terakhir! Tidak heran kalau terjadi krisis tenaga kerja yang luas di India.
Tenaga kerja yang sehat pun pasti takut untuk masuk kerja, takut kalau-kalau terinfeksi entah dari siapa yang mereka temui dalam pekerjaan mereka, ya tidak bisa disalahkan juga, situasi seperti itu pasti sangat mencekam sekali. Melihat kondisi seperti ini, banyak pelaku pasar memperkirakan penurunan permintaan pasar polimer lokal hingga 30-40% dan akan memberikan pengaruh juga pasar ekspor-impor polimer India, padahal sebelumnya, pasar ekspor-impor polimer India ini sedang berada dalam grafik naik, dengan peningkatan impor polimer sebesar 160% dalam 10 tahun terakhir ini hingga tahun 2020 kemarin, mencapai angka 4,8 juta ton, dan untuk ekspor polimernya sendiri juga naik 2 kali lipat ke angka 2,6 juta ton pada jangka waktu yang sama.
Di sisi lain, akibat dari muncul dan menyebarnya varian baru Covid-19 ini, negara-negara di Eropa memberlakukan pembatasan perjalanan yang lebih ketat, mengakibatkan keterbatasan pasokan bahan baku plastik di sana menjadi semakin parah, memaksa para produsen untuk menaikkan penawaran biji plastik PP mereka hingga €100-150/ton. Seperti yang diungkapkan oleh pelaku pasar lokal Eropa, tampaknya level harga yang tinggi ini akan bertahan cukup lama karena kurangnya material dan keterbatasan gerak pemasok akibat dari pembatasan perjalanan.
Pasar PP Eropa sendiri sudah terus menanjak sejak 7 bulan lalu, padahal di banyak wilayah lain permintaan PP sudah mulai turun, seperti di Turki, harga PPH impor tuurun tajam karena kedatangan kargo pasokan baru dan lemahnya serapan pasar, begitu juga di India dan Asia Tenggara yang tengah dihantui Tsunami Covid, serta di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yang sedang jeda Ramadan, membuat prospek permintaan PP global sebenarnya sedang cukup rendah. Jelas ini membuat pasar Eropa menjadi tujuan kargo pasokan PP yang menarik karena tingginya level harga di sana.
KONDISI PASAR PP EROPA TERUS TINGGI?
Harga spot PP Eropa naik €30-50/ton hingga mencapai angka €1950-2150/ton untuk PPH dan €2030-2200/ton untuk PPBC FD Italy, 60 hari. Padahal di China, PPH injeksi diperdagangkan dengan harga $1270/ton, di Asia Tenggara dengan harga $1190/ton, di Turki dengan harga $575/ton, dan di Mesir paling rendah dengan harga $575/ton, beda harga yang jauh sekali kalau dibandingkan dengan Eropa. Tentu dengan harga setinggi itu, resistensi yang ditunjukkan pembeli Eropa juga tinggi, dengan menghindari penimbunan pasokan sementara ini dan membeli hanya untuk kebutuhan mendesak saja.
Banyak pembeli Eropa yang berharap harga PP lokal akan segera turun dengan masuknya kargo impor dengan harga yang jauh lebih kompetitif, beberapa pembeli bahkan dilaporkan telah mengatur sendiri pengiriman kargo pasokan PP impor mereka yang diperkirakan akan tiba di akhir Mei atau awal Juni 2021 ini.
Tidak hanya PP, harga PE pun juga terus menguat di Eropa, dipengaruhi juga oleh pemadaman produksi yang berkepanjangan di seluruh Eropa, memaksa para produsen PE utama Eropa, yaitu SABIC, Ineos, Versalis, dan Total, mengumumkan force majeure pada kegiatan produksi plastik LDPE dan HDPE mereka. Walaupun ada kelangkaan pasokan PE di Eropa saat ini, kenaikan harganya diperkirakan cukup minim, karena resistensi pembeli yang tinggi membuat penyerapan pasar juga akan minim.
Para pembeli nampaknya berat dan lelah menerima kenaikan harga yang secara kumulatif mencapai 115% untuk LDPE dan 105-110% untuk HDPE sejak November 2020 lalu, sehingga sama seperti kasus PP, banyak pembeli memilih menunggu dan menahan pembelian hingga datangnya kargo impor yang dipercaya akan menstabilkan harga pasar polimer Eropa.
SITUASI HARGA PE INDONESIA TURUN?
Harga PE impor sendiri mengalami penurunan yang cukup tajam, terutama untuk LDPE dan HDPE karena para pemasok gagal meningkatkan minat beli di tengah rsistensi yang tinggi, sehingga HDPE film asal Timur Tengah turun hingga $200 ke angka $1380-1420/ton, sedangkan untuk LDPE harganya mencapai $1750/ton. Para pelaku pasar setuju bahwa penurunan harga yang agresif di pasar domestik ini menciptakan resistensi yang kuat bahkan untuk pasar low-end.
Di Indonesia sendiri, yang sedang merayakan liburan Idulfitri, juga mengalami penurunan harga polimer, terutama untuk PP dan PE, kurang lebih sama kondisinya dengan kebanyakan negara Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Bagaimana dengan pasca libur lebaran ini? Apakah harganya akan meningkat kembali atau malah terus turun? Banyak yang belum bisa memperkirakan hal tersebut, apalagi dengan adanya mudik yang dikhawatirkan membuat angka kasus Covid-19 pasca libur kembali meningkat, beberapa bahkan khawatir Indonesia bisa jadi sama seperti India.
Bagaimana menurut Sobat Prima Plastindo sendiri? Seperti apa kondisi pasar polimer pasca libur lebaran?