BREAKING NEWS | Efek Panjang Macet Suez pada Bahan Baku Plastik

BREAKING NEWS | Efek Panjang Macet Suez pada Bahan Baku Plastik

Biaya kargo pengiriman sudah mulai menanjak sejak November 2020 lalu, awalnya dipengaruhi oleh pemulihan permintaan dari industri manufaktur yang lebih cepat dan dimulai oleh Cina dan disusul oleh berbagai negara lain di dunia, belakangan karena terlalu banyaknya arus ekspor dari China sehingga terjadi krisis jumlah kontainer di mana-mana. Sekarang kita sudah masuk di Kuartal Kedua 2021, sudah ada insiden kapal kargo Ever Given yang nyangkut di Terusan Suez dan membuat macet arus kargo laut dunia selama seminggu penuh. Dalam video breaking news sebelumnya kita sudah bahas bagaimana perkiraan efek dari kemacetan logistik tersebut, sekarang kita akan melihat lebih lanjut, bagaimana efek panjang dari Macet Suez yang terjadi beberapa minggu lalu?

 

Bagaimana dampaknya pada harga PS, ABS, juga PP global dan di Indonesia sekarang ini?

 

Dengan adanya vaksinasi global yang masih berjalan sampai saat ini, kita bisa lihat perekonomian dunia mulai bergerak positif, dengan semakin banyak orang yang mulai kembali pada kegiatan normal dan industri mengikuti beriringan. Secara global, permintaan industri manufaktur sudah hampir pulih optimal, tercermin dari permintaan komoditas yang terlihat melonjak di tengah paket-paket stimulus dan bantuan di Amerika Serikat, serta pemulihan industri China, menyebabkan tarif angkutan dan kargo kembali terdorong naik, dan kenaikannya cukup tinggi lonjakannya. Menurut laporan dari Bloomberg, kontrak tahunan baru yang sudah ditandatangani para importir Amerika Serikat tercatat meningkat 25%-50% dari tahun lalu akibat dari naiknya tarif logistik. Banyak analis yang percata bahwa ini bisa jadi adalah indikator yang cukup jelas harga tarif kargo dari Cina ke pelabuhan Amerika Serikat atau Eropa akan tetap pada level yang tinggi dan bahkan masih akan meningkat naik trennya dalam waktu dekat. Banyak ahli perkapalan dan logistik juga memperkirakan efek lanjut dari Macet Suez akan memberi dampak besar pada tarif, karena kemacetan yang terjadi selama seminggu tersebut telah mengakibatkan banyak kemacetan dan penumpukan kapal di banyak pelabuhan, yang menurut salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia, yaitu Maersk, akan terus bertahan sampai Mei atau Juni tahun ini.

 

Karena saat kapal Ever Given nyangkut dan ngeblok jalur kanal terusan Suez selama seminggu tersebut, ada 400 kapal yang jadinya terkatung-katung menunggu. Akibatnya, selama seminggu insiden Suez tersebut terjadi, banyak pelabuhan jadi sepi karena tidak ada kapal kargo yang datang, tapi begitu terusan Suez terbuka lancar lagi, langsung pelabuhan-pelabuhan tadi kelimpungan melayani kapal-kapal kargo yang datang membeludak, sehingga meskipun tadinya banyak yang berharap setelah libur Imlek tarif kargo akan mulai menurun ke level yang bersahabat, alhasil harapan itu pupus seraya tarif kargo global malah meroket tinggi.

 

Lembaga peringkat Fitch Ratings juga menyatakan bahwa penundaan pasokan yang terjadi saat ini sudah mencapai level rekor tertinggi selama beberapa hari terakhir ini, tetapi mereka juga berharap kemacetan pasokan ini akan mulai terurai dan berkurang pada semester kedua 2021. Salah satu perusahan logistik Turki juga memberikan komentar terkait masalah ini, membenarkan komentar Fitch Ratings tadi, bahwa kemacetan ini tidak akan terurai atau selesai dalam semester pertama 2021.

 

“Beberapa daerah mungkin akan merasakan kelegaan dalam hal logistik, tapi beberapa pelaku pasar memperkirakan keadaan saat ini akan terus berlanjut sampai akhir 2021, atau bahkan Kuartal pertama tahun 2022” ungkap perusahaan tersebut.

 

Jadi kalau ditanya apakah tarif logistik akan segera turun dalam waktu dekat?

 

Wah, kelihatannya hopeless, yang ada kelihatannya masih akan terus menanjak sampai pertengahan tahun ini. Jadi bagaimana dampaknya akan harga bahan baku plastik impor global? Memang kemacetan di Suez ini terutama berdampak besar bagi jalur distribusi timur ke barat, Asia ke daerah Eropa atau Amerika, tetapi sebenarnya di area Asia sendiri dampaknya juga masih bisa terasa, karena macetnya pelabuhan2 di negara-negara barat mengakibatkan berkurang juga populasi kontainer yang bisa digunakan di Asia. Jadi mau tidak mau harga biji plastik di Asia pun ikutan terdampak, ini bisa terlihat dari harga spot Stirena yang sudah naik hampir 17% dalam 3 minggu terakhir ini hingga mencapai harga akhir $1241/ton CFR Cina.

 

Di China, sebagai reaksi dari harga spot stirena yang menguat, para produsen domestik juga menaikkan penawaran mereka akan harga PS dan ABS mereka, dan tren kenaikan harga ini sudah memasuki minggu kedua dalam pasar plastik di Cina. Penawaran yang dikeluarkan produsen lokal tercatat sebesar $38/ton untuk GPPS dan $61/ton untuk HIPS jika dibandingkan dengan harga minggu lalu, sehingga penawaran akhir utk GPPS adalah $1375/ton dan untuk HIPS adalah $1799/ton, kedua untuk transi tunai dan belum termasuk PPN.

 

Sedangkan untuk ABS, kenaikan penawaran harganya tercatat lebih besar hingga mencapai $122/ton, sehingga penawaran akhir utk ABS Injeksi adalah $2520/ton, dengan ketentuan yang sama dengan PS-nya, tunai dan belum PPN. Di Indonesia sendiri, penawaran harga PS dan ABS lokal mengalami sedikit penurunan karena sepinya permintaan pasar menjelang bulan puasa dan mendekati Hari Raya Idul Fitri, serta ditunjang juga oleh resistensi yang ditunjukkan pembeli akibat dari kenaikan harga yang terus terjadi sepanjang awal tahun 2021 ini.

 

Meskipun begitu, penurunan harga ini tidak terjadi cukup dalam, terhalang oleh keterbatasan pasokan lokal dan penguatan harga spot Stirena China, sehingga kelihatannya harga masih akan terbilang stabil sampai akhir Idul Fitri nanti. Untuk pasar stirena di Indonesia, diperkirakan akan sedikit menguat menjelang minggu kedua April hingga memasuki masa tenang pada minggu kedua Mei menjelang Hari Raya Idul Fitri.

 

Nah, di sisi lain, harga penawaran homo-PP lokal di Indonesia juga ikut menurun gara-gara permintaan yang juga melemah, ini berbanding terbalik dengan kondisi yang ada, karena adanya penutupan pabrik produsen PP lokal yang membuat banyak pelaku pasar berpikir harga PP justru akan naik karena hal ini. Pabrik milik Polytama Propindo Indonesia yang memiliki kapasitas produksi 386.000 ton/tahun di Balongan tersebut ditutup menyusul dari insiden ledakan yang terjadi di kilang minyak Pertamina 29 Maret 2021 lalu.

 

Memang menurut pernyataan dari pihak pabrik, penutupan tersebut dilakukan dengan alasan keamanan sebagai tindakan pencegahan, dan mereka juga belum menentukan kapan pabrik tersebut akan mulai dibuka dan beroperasi kembali. Walaupun ditutup, ternyata bukannya naik, harga PP malah mengalami penurunan sekitar 4% dalam 2 minggu belakangan ini, kemungkinan besar ini juga karena pasokan yang tersedia masih mencukupi untuk memenuhi permintaan yang menurun.

 

Banyak pembeli juga jadi menahan diri untuk melakukan transaksi sebagai antisipasi penurunan harga yang lebih lanjut kedepannya, jadi meskipun pasokan lokal semakin menipis, penawaran harga PP lokal kelihatannya masih tetap berada di bawah tekanan.

 

Tekanan apa?

 

Tekanan agresif dari PP impor China yang dilaporkan menawarkan harga yang sangat kompetitif, sehingga mampu mempengaruhi sentimen pembelian di Indonesia. Cina menawarkan PP-homo rafia pada level harga $1340/ton CIF Indonesia tunai, minggu lalu. Harga ini cukup kompetitif kalau kita bandingkan dengan penawaran dari negara-negara lain yang berada di posisi harga $1460/ton dengan ketentuan yang sama, yaitu CIF Indonesia tunai, makanya tidak heran kalau ada tarik ulur harga di dalam pasar PP Indonesia sekarang ini. Seperti apa fluktuasi harga PS, ABS, dan PP di pasar global dan Indonesia kedepannya? Apakah akan ada penurunan harga yang cukup signifikan menjelang Hari Raya Idul Fitri nanti?



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?