02 Apr BREAKING NEWS | Dampak Insiden Suez pada Harga Minyak, PVC, PS dan ABS?
Halo Sobat Prima Plastindo, Anda pasti sudah banyak mendengar tentang kapal kargo yang terjebak di Terusan Suez, memblokir akses ratusan kapal kargo lainnya, membuat macet jalur distribusi global.
Banyak yang memperkirakan ini akan memberikan banyak pengaruh pada perdagangan dunia, termasuk pada industri minyak dan plastik. Tetapi setelah jalur Terusan Suez berhasil dibersihkan dan lancar, harga minyak malah dilaporkan jatuh, bahkan selama kemacetan pun kenaikannya bisa dibilang tidak signifikan! Kok bisa?
Bukannya ini harusnya melejitkan harga minyak?
Lantas bagaimana hubungannya dengan harga bahan baku plastik? Banyak bahan baku plastik impor kan juga pakai kargo laut dan pasti banyak tertahan! Sobat PrimaPlastindo pasti sudah banyak mendengar berita kapal kargo yang terjebak di kanal Terusan Suez. Kapal kargo yang bernama ‘Ever Given’ ini adalah kapal kargo berbobot 220.000 ton dengan kapasitas total sekitar 20.000 kontainer, yang katanya pada saat melintas di kanal Terusan Suez diterpa angin yang cukup kencang sehingga membuat kapal menjadi miring dan tersangkut memblokir jalur perlintasan kanal tersebut.
Padahal ini adalah perlintasan yang sangat penting, yang dilalui oleh sekitar 12% dari jalur kargo global, dan dilewati oleh sekitar 50 kapal kargo per harinya. Berbagai macam cara sudah dikerahkan, termasuk dengan perahu penarik (tugboat) dan mesin ekskavator untuk menggali bagian kapal yang tersangkut dan membantu kapal Ever Given keluar dari posisi terjebaknya sejak Selasa tanggal 23 Maret 2021 lalu.
Banyak yang berpikir bahwa proses pembebasan kapal Ever Given ini akan makan waktu berminggu-minggu, karena takutnya ada bagian kapal yang rusak sehingga mempersulit prosesnya. Beberapa analis ekonomi juga sudah menyampaikan, bahwa kalau sampai ini tertahan sampai hitungan minggu, ini akan memberikan dampak masif pada perekonomian global, meroketkan biaya kargo, meningkatkan harga-harga komoditas energi termasuk minyak, dan bukannya tidak mungkin berefek besar pada inflasi global besar-besaran.
Ini akan menjadi tambahan pukulan telak dan keras pada rantai suplai global setelah setahun kemarin babak belur akibat banyaknya keterlambatan pengiriman, langkanya kontainer, dan tekanan tarif harga sepanjang pandemi. Tidak hanya pada industri pelayaran dan kargo, terblokirnya Terusan Suez ini juga akan berdampak pada berbagai macam industri, yang bisa jadi meroketkan banyak harga-harga barang, termasuk bahan baku plastik.
Karena terusan Suez ini, adalah kanal buatan sepanjang 120 mil yang menghubungkan sisi timur dan barat perekonomian global, dan dilewati oleh sekitar 20.000 kapal kargo sepanjang tahunnya. Kalau Terusan Suez ini tidak ada, maka kapal-tersebut akan harus memutar jauh ke selatan memutari benua Afrika, sebelum bisa sampai ke negara-negara barat, berefek besar pada waktu pengiriman dan juga bahan bakar kapal, mengingat penambahan waktu pelayarannya bisa bertambah sekitar 2 minggu. Semakin lama Terusan Suez ini tertahan, maka jalur distribusi Eropa-Asia juga akan semakin terdampak menurut banyak analis.
Akan tetapi, seperti apa dampak nyatanya pada harga minyak dunia?
Sejak awal insiden, harga minyak sempat meningkat beberapa poin ke angka $64.41/barel, meskipun kemudian peningkatannya tertahan. Karena saat ini, sekitar 5-10% minyak dunia didistribusikan dengan melewati Terusan Suez, sehingga setiap harinya jalur ini terblokir, akan menunda pengiriman sekitar 3-5 juta barel minyak per harinya.
Tidak hanya minyak mentah, jalur ini juga digunakan untuk mendistribusikan 8% gas alam cair (liquified natural gas), alias LNG, dan gangguan seperti ini jika berkepanjangan akan sangat mempengaruhi arus pasar Eropa. Luar biasanya, hanya dibutuhkan waktu sekitar seminggu saja untuk membebaskan kapal Ever Given dari posisinya yang memblokir kanal, sehingga hari Senin tanggal 29 Maret 2021 kemarin, terusan Suez kembali dibuka dan kapal-kapal mulai dapat melintas kembali.
Pada saat yang bersamaan, harga minyak dunia langsung turun ke angka $63.90/barel, tanpa menunggu lama. Kalau kita perhatikan, fluktuasi harga minyak tidak terlalu besar, kenaikannya tidak terlalu tinggi, dan segera setelah jalur kargo lancar, harganya langsung turun, kenapa bisa begitu?
Bukannya penundaan selama seminggu ini justru harusnya memberikan dampak besar pada harga minyak?
Walau banyak yang berpikir seperti itu, banyak yang pikir harga minyak akan tembus $70 lagi seperti yang lalu, tetapi ternyata efeknya tidak sebesar itu. Hal ini disebabkan oleh pasokan global yang masih mencukupi di banyak negara, didorong oleh melemahnya permintaan di bidang energi, sehingga pasokan lokal yang masih ada cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar, dan disrupsi akibat terblokirnya Terusan Suez ini tidak memberikan dampak yang terlalu besar akan harga minyak secara global.
Selain itu, banyak pelaku pasar juga sudah sadar akan ketidakstabilan pasokan minyak dari Timur Tengah sejak serangan milisi Yaman ke Arab Saudi beberapa waktu lalu, sehingga banyak dari mereka sudah mengambil langkah antisipasi kalau-kalau terjadi lagi insiden yang mempengaruhi kestabilan pasokan minyak. Walau begitu, insiden ini cukup memberikan angin segar juga kepada OPEC+ yang memang sedang berupaya mendongkrak harga minyak dunia, setelah ini pun OPEC+ masih akan tetap berpegang keputusan pembatasan produksi mereka demi menjaga kestabilan harga minyak.
Kalau harga minyak tidak terlalu terpengaruh, bagaimana dengan harga bahan baku plastik?
Insiden Suez ini jelas memberikan dampak pada keterbatasan pasokan bahan baku plastik yang sebelumnya sudah dalam kondisi parah, terutama PVC, PS dan ABS. Keterbatasan bahan baku PVC di berbagai negara di Asia Tenggara terus mendorong kenaikan harga yang signifikan, sehingga banyak distributor yang khawatir dengan penawaran yang mereka terima yang harganya semakin tinggi, sementara di lain sisi, para pembeli juga sudah menunjukkan resistensi yang kuat akan kenaikan harga yang ada. Taiwan contohnya, baru-baru ini menaikkan penawarannya pada bulan April sebesar $300/ton, yang merupakan kenaikan harga bulanan ke-11 berturut-turut.
Kenaikan ini dilaporkan dipicu oleh pemeliharaan beberapa pabrik produsen di Asia, dalamnya gangguan jalur distribusi kargo, permintaan yang tinggi dari India, serta peningkatan kegiatan konstruksi di China selepas musim dingin. Para produsen bahan baku PVC di Indonesia sendiri meniru langkah Taiwan ini dengan menaikkan juga penawaran mereka untuk pasar Malaysia dan Singapura sebesar $250-280/ton, sementara produsen Thailand dilaporkan menaikkan harga penawarannya sampai sebesar $315-325/ton untuk bulan April. Sehingga harga impor PVC total dilaporkan naik sebesar 6% minggu ini ke rekor harga tertinggi yang baru, yaitu $1580/ton CIF SEA, dengan harga domestik di Thailand dilaporkan naik 16% menjadi $1549/ton dan harga domestik Vietnam naik lebih tinggi lagi, 26%, menjadi $1820/ton.
Bagaimana tanggapan dari sisi pembeli?
Dengan harga setinggi itu, banyak pembeli tidak tertarik untuk membeli karena harganya tidak akan bisa diterima konsumen akhir. Bisa jadi pada akhirnya banyak pabrik yang akan mengurangi atau bahkan menghentikan proses produksi mereka, walaupun ada beberapa yang terdengar berencana untuk mengganti bahan PVC tersebut dengan pipa HDPE.
Tidak hanya di Asia, di wilayah Eropa pun para pembelinya menunjukkan resistensi yang cukup besar pada kenaikan harga PS. Para pembeli bahan baku PS nampaknya kelelahan di tengah lonjakan harga yang meroket setelah mencapai rekor tertinggi kembali spotnya sekitar €500/ton.
Mau tidak mau, para pembeli tetap menyerap pasokan dengan harga yang tinggi tersebut sambil mencerminkan pelonjakan harga bahan baku tersebut ke harga produk akhir mereka. Namun, banyak distributor memilih untuk tidak menimbun pasokan siap kirim terlalu banyak sekarang ini, karena walaupun harganya tinggi, tetapi resistensi yang ditunjukkan pembeli cukup mengkhawatirkan.
Di sisi lain, ABS nampaknya tetap tidak terdampak, walaupun masalahnya masih saja seputar kekurangan pasokan yang parah dan harga yang tinggi. Kenaikan harga yang tinggi ini tidak mencegah para pembeli untuk menyerah pasokan yang ada, karena ada permintaan yang cukup tinggi di sektor peralatan dan otomotif, sehingga banyak distributor masih mengupayakan ketersediaan pasokan ABS baik di Eropa maupun di Asia.
Apakah tren ini akan naik terus ke depannya?
Hal ini masih diperdebatkan oleh banyak pelaku pasar, tidak sedikit yang khawatir kalau ada kenaikan yang telalu tajam lagi ke depannya, maka perdagangan bisa jadi terhenti, makanya hal ini membuat banyak pelaku pasar jadi waspada. Bagaimana menurut Sobat Prima Plastindo sendiri? Apakah menurut anda insiden di Suez ini akan memberikan dampak besar pada bahan baku plastik?