BREAKING NEWS | Minyak Tembus $70, Harga PP & PE Tembus Ambang Baru?

BREAKING NEWS | Minyak Tembus $70, Harga PP & PE Tembus Ambang Baru?

Breaking News, Sobat Prima Plastindo! Harga minyak dunia sudah menembus angka US $70 per barel, rekor harga baru untuk pertama kalinya sejak pandemi virus korona ini dimulai!

 

Ada apa dengan minyak yang mendadak melonjak begitu dramatis hari ini dan apa dampaknya terhadap bahan baku PP & PE?

 

Kenaikan harga minyak yang cukup drastis dan dramatis minggu ini didukung oleh serangan dadakan kelompok milisi Houthi Yaman pro-Iran ke beberapa fasilitas minyak Arab Saudi pada hari Senin tanggal 8 Maret 2021 lalu. Menurut pernyataan kementerian Arab Saudi, serangan yang dilancarkan pada Senin pagi ini berhasil mengenai lumbung ekspor minyak Arab Saudi, yaitu salah satu area tangki minyak di Pelabuhan Ras Tanura di wilayah timur yang juga merupakan pelabuhan minyak terbesar di dunia! Serangan yang menggunakan pesawat nirawak (drone) dari arah laut ini menjatuhkan rudal balistik di dekat daerah pemukiman Saudi Aramco, tempat tinggal ribuan karyawan perusahaan beserta keluarga mereka yang berasal dari berbagai negara.

 

Namun Kementrian pertahanan Saudi juga menyatakan bahwa beberapa nirawak penyerang susulan berhasil dilumpuhkan dan dihancurkan sebelum berhasil mencapai target, termasuk rudal balistik yang diperkirakan menargetkan fasilitas lain Aramco di Dhahran. Seandainya serangan ini berhasil dilancarkan sepenuhnya, ini akan memberikan pukulan keras pada tulang punggung ekonomi dunia, yaitu pasokan minyak dan keamanan energi global.

 

Banyak pelaku pasar yang menjadi khawatir akan rentannya fasilitas minyak Arab Saudi untuk menjadi target serangan Yaman, sehingga banyak analis yang memperkirakan bahwa sentimen ini akan memberikan dorongan besar pada harga minyak dunia. Dan benar saja, dilansir dari Reuters dan CNBC, pada penutupan hari Senin tanggal 8 Maret kemarin, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2021 naik hingga ke angka US$71,38 per barel, padahal pada hari Jumat minggu sebelumnya, nilai kontraknya hanya mencapai level US$66,36 per barel.

 

Hal yang sama terjadi juga pada harga minyak WTI untuk kontrak April 2021, dilaporkan harganya kini mencapai level US$67,98 per barel, naik dari level US$ 66,09 yang dilaporkan Jumat minggu sebelumnya. Ini adalah kenaikan harga tertinggi sejak terakhir dilaporkan pada Oktober 2018.

 

Sementara itu, kenaikan harga ini juga didukung oleh keputusan OPEC+ untuk tetap menahan produksi minyak mereka, keputusan yang mengagetkan banyak pelaku pasar, mengingat permintaan minyak dunia sudah semakin meningkat seiring dengan pulihnya perekonomian global dari kemerosotan akibat pandemi, yang terdongkrak juga oleh program vaksinasi global. Bahkan para investor pun terkejut melihat keputusan yang diambil oleh Arab Saudi sebagai kepala dari OPEC untuk mempertahankan pemotongan produksi minyak mereka sebesar 1 juta barel per hari hingga April 2021, keputusan yang membuat banyak analis mengoreksi perkiraan dan proyeksi mereka.

 

Goldman Sachs Group menganalisis bahwa kenaikan harga minyak dunia bisa mencapai US $80 pada Q3 tahun 2021 ini, sedangkan Citigroup Inc. memperkirakan bahwa harga rata-rata minyak mentah dunia bisa melampaui US $70 pada akhir bulan Maret ini.  JP Morgan Chase & Co juga menilai bahwa pergerakan harga minyak saat ini lebih tinggi daripada ekspektasi mereka, walaupun sebelumnya memang mereka menganalisa bahwa pergerakan harga minyak ini akan menguat cukup drastis.

 

Para analis di Indonesia pun sudah memperkirakan keadaan ini, banyak yang berpendapat bahwa seiring dengan pulihnya perekonomian global, permintaan akan minyak mentah juga akan meningkat cukup signifikan. Kenaikan ini akan tetap ditopang juga oleh beberapa sentimen seperti vaksinasi global, kebijakan OPEC+ yang membatasi pasokan minyak, disahkannya stimulus di Amerika Serikat, serta peningkatan permintaan dari industri China dan India.

 

Arab Saudi sendiri nampaknya tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga minyak mentah yang terjadi, sehingga bisa tetap fokus pada keputusan pembatasan produksi mereka, tetapi di sisi lain ada beberapa negara anggota OPEC yang tergiur dengan kenaikan harga ini untuk meningkatkan produksi minyak mereka sendiri sehingga dapat mengurangi tekanan ekonomi dalam negeri mereka. Menteri Energi Saudi sendiri telah menyatakan pandangan OPEC bahwa kenaikan harga tidak akan memicu pihak pengebor minyak AS untuk menaikkan produksi mereka dan bahwa perusahaan produsen minyak sekarang ini lebih fokus pada dividen, sehingga membuat pihak Arab Saudi akan tetap berpegang pada keputusan pembatasan produksi mereka, keputusan yang telah membuat harga minyak mentah melonjak lebih dari 30% sepanjang tahun 2020 lalu.

 

Harga minyak dunia diperkirakan akan terus menanjak bahkan di tahun 2021 ini, dan ini memberikan dampak juga pada pasar bahan baku plastik. Seperti apa dampaknya? Sebagai bahan baku pembuatan biji plastik, meningkatnya harga minyak juga akan membuat harga biji plastik meningkat.

 

Harga PP dan PE bersama dengan harga bahan baku plastik lainnya memang sudah menanjak sejak 5 bulan yang lalu, tetapi penguatan harga minyak di bulan Maret ini mendongkrak harganya ke level tertingginya yang baru, level tertinggi sepanjang masa sejak tahun 2015. Di Eropa, banyak pelaku pasar memperkirakan kenaikan harga PP hanya akan mencapai level €200-250/ton pada bulan Maret ini, tapi ujung-ujungnya harganya malah ditutup di harga €300-350/ton, lebih tinggi 20-24% dari perkiraan, karena kekurangan pasokan yang akut.

 

Kenaikan harga ini disusul oleh harga LDPE yang tercatat naik sebesar 17% mencapai level €250/ton sebagai produk terkuat kedua, sementara LLDPE dan HDPE mengalami kenaikan sebesar 15% dan mencapai level harga sekitar €200/ton. Banyak pelaku pasar yang memang menyatakan bahwa bulan Maret ini adalah bulan paling menantang pada Q1 2021 ini, ditambah lagi ada gangguan produksi di sepanjang Teluk AS yang mengekang ekspor bahan baku plastik ke pasar Eropa, membuat keterbatasan pasokan global semakin parah, seperti yang kami sudah bahas di video sebelumnya.

 

Keterbatasan bahan baku plastik global ini juga kelihatannya masih akan terus bertahan tanpa ada tanda-tanda untuk mereda dalam waktu dekat, padahal permintaan dan minat beli dari sektor industri manufaktur terus berada di level yang tinggi. Sentimen ini disambut oleh banyak distributor dengan menahan pasokan bahan baku plastik yang mereka punya sekarang. Banyak yang melaporkan bahwa mereka hanya menerima pesanan sekitar 20% saja dari kuota regulernya.

 

Sehingga tidak heran kalau kita bisa lihat di Indonesia sendiri, harga biji plastik PP dan PE naik ke level yang sangat tinggi, dan stok pasokannya juga langka, tidak banyak distributor yang punya pasokan siap kirim. Sampai kapan ini akan bertahan? Apakah harga bahan baku PP dan PE akan turun dalam waktu dekat?

 

Melihat perkembangan harga minyak, kondisi logistik, dan kendala produksi bahan baku plastik dunia, kondisi ini kelihatannya masih akan terus bertahan paling tidak sampai pertengahan tahun 2021 ini, bahkan harga-harganya kelihatannya masih akan terus menanjak ke depannya. Banyak pelaku pasar yang mengantisipasi keadaan ini dengan segera membali pasokan PP dan PE yang ada di pasar saat ini, sebelum harganya naik ke level yang baru, yang bisa jadi adalah level yang lebih tidak terjangkau lagi.

 

Bagaimana menurut Sobat PrimaPlastindo sendiri? Apakah pasokan PP dan PE anda sendiri aman di tengah kenaikan harga pasar PP dan PE saat ini?



Whatsapp kami
1
Butuh Info?
Halo!
Butuh informasi harga biji plastik apa anda hari ini?